TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Thamrin melakui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Nofian Hidayat mengungkapkan bahwa bahwa saat ini telah terjadi peralihan musim basah ke kering yang menyebabkan munculnya potensi cuaca ekstrem yang lebih tinggi.
“Terasa dalam beberapa Minggu ini cuaca yang sebelumnya sering terjadi hujan kini beralih sangat panas hingga terik di siang hari kan. Potensi musibah pasti meningkat,” ungkap Nofian, Sabtu (29/4/23).
Untuk itu, pihaknya menghimbau masyarakat Kabupaten Berau yang beraktifitas di luar rumah untuk bersiap dan mengantisipasi terjadinya Kebakaran Hutan Dan Lahan (Karhutla).
“Masyarakat juga harus waspada dan ini juga sudah dua kali terjadi kebakaran kan,” tegasnya.
Dirinya menyampaikan, upaya pencegahan dini tersebut memang sangat perlu dilakukan. Pasalnya, hembusan angin juga kerap cukup kencang dan sering terjadi saat ini. Terlebih lagi, cuaca panas dan ditambah lahan disekitar wilayah Kabupaten Berau merupakan lahan gambut yang bisa kapan saja terjadi kebakaran.
“Ini yang perlu diperhatikan, tidak hanya membantu menjaga wilayah sekitar, tapi juga bisa menahan kegiatan-kegiatan yang bisa berpotensi terjadi musibah yang tidak kita inginkan,” tuturnya.
Bukan tanpa sebab, Karhutla ini menurut Nofian menjadi indeks kerawanan tertinggi yang terjadi. Dijelaskannya, karhutla di Berau jadi siklus yang terjadi nyaris empat tahun sekali. Hal itu disebabkan adanya kemarau berkepanjangan. Ditambah kondisi ini juga diperparah dengan cuaca ekstrem yang dirilis BMKG Pusat.
“Siklusnya sudah diketahui, 2017,2018, 2019 itu cukup parah. Dan sudah empat tahunan ini,” katanya.
Nofian menyebut, adapun penyebab karhutla ialah mencapai 90 persen diakibatkan oleh manusia yang terbiasa membuka lahan dengan cara dibakar. Hal ini tentunya mendorong peran semua pihak, kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan.
“Jika sampai terjadi bencana, tentu ada tiga elemen pokok yang besar tanggung jawabnya yakni Pemda, pelaku usaha, dan masyarakat,” terangnya.
Dirinya menambahkan, unit penanganan karhutla saat ini sudah terbentuk 11 posko yang tersebar di 11 kecamatan. Namun Nofian tidak memungkiri bahwa masih ada masalah yang perlu dipikirkan saat ini yakni unit damkar untuk perumahan yang masih kurang.
“Tim penangan sudah mencukupi. Hanya permasalahan unit damkar saja lagi,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pemantauan titik-titik api, dan melakukan patroli serta pengawasan ketat. Hal ini guna meminalisir terjadinya karhutla.
“Patroli terus kami lakukan. Kami minta pihak yang terkait lainnya agar bisa berperan,” pungkasnya. (Yud/Ded)