TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Berau dalam beberapa waktu terakhir tak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga mengakibatkan kerusakan serius pada lahan perkebunan milik masyarakat, terutama tanaman kakao.
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini, menyampaikan keprihatinannya atas dampak banjir terhadap sektor perkebunan.
Ia mengimbau para petani yang terdampak agar segera melaporkan kondisi lahan mereka ke Disbun untuk pendataan dan penanganan lanjutan.
“Laporan dari lapangan menyebutkan, setidaknya ada sembilan kampung di empat kecamatan yang terdampak,” ungkap Lita.
“Beberapa di antaranya merupakan sentra penghasil kakao, seperti Kampung Merasa, Long Lanuk, Inaran, Tumbit Dayak, Tumbit Melayu, hingga Nyapa Indah,” sambungnya.
Lanjutnya, diperkirakan, luasan lahan kakao yang terendam mencapai 70 hingga 100 hektare. Yang memprihatinkan, mayoritas tanaman yang terdampak berada dalam fase berbuah. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak langsung pada produktivitas dan pendapatan petani.
“Tanaman kakao sangat sensitif terhadap genangan. Bila terendam dua hari saja, buahnya bisa membusuk. Apalagi banjir kemarin cukup lama. Kami khawatir bukan hanya buahnya yang rusak, tapi juga pohonnya bisa mati,” jelasnya.
Padahal, ia menyebut, saat ini harga kakao tengah berada dalam tren positif. Di saat petani seharusnya bisa menikmati hasil panen dan keuntungan, musibah banjir justru memaksa mereka menghadapi kerugian dan masa pemulihan yang tidak singkat.
“Diperlukan waktu beberapa bulan untuk mengembalikan kondisi tanaman. Untuk itu, kami akan segera menurunkan tim ke lapangan untuk melakukan pendataan dan identifikasi kerusakan secara menyeluruh,” ujarnya.
Kendati demikian, diakuinya bahwa Disbun Berau akan memanfaatkan data tersebut untuk menentukan langkah penanganan.
Kata dia, jika kerusakan hanya terjadi pada buah, maka kemungkinan besar bantuan yang diberikan berupa program pemulihan, seperti distribusi pupuk. Namun, jika pohon kakao mati, pihaknya akan membuka dialog dengan masyarakat terkait penanaman ulang.
“Kalau memang masyarakat masih ingin menanam kakao, kami siap bantu bibit pengganti. Tapi tentu akan kami sesuaikan dengan anggaran yang tersedia, baik lewat Anggaran Biaya Tambahan (ABT) atau penganggaran tahun depan,” bebernya.
Dirinya menambahkan, hingga kini, belum ada laporan signifikan mengenai kematian tanaman, namun Disbun tetap siaga dan terus mendorong petani untuk melaporkan kondisi lahan mereka, termasuk bila ada komoditas lain yang terdampak selain kakao.
“Kami butuh data dari lapangan. Tidak hanya kakao, jika ada lahan sawit, lada, atau tanaman lainnya yang terkena dampak, mohon segera dilaporkan,” tegasnya.
Tak hanya pemerintah, Lita juga mengapresiasi kepedulian sejumlah perusahaan perkebunan yang turut berpartisipasi membantu masyarakat terdampak banjir. Ia berharap lebih banyak pihak swasta yang tergerak untuk mendukung pemulihan sektor perkebunan di Berau.
“Beberapa perusahaan sudah mulai menyalurkan bantuan. Kami berharap semakin banyak yang berkontribusi agar pemulihan bisa berjalan lebih cepat,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto