TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, Ilyas Natsir, mengingatkan para pelaku usaha ekonomi kreatif (ekraf) untuk tidak hanya mengandalkan kreativitas dalam mengembangkan produk mereka.
Menurutnya, keberlanjutan usaha menjadi faktor kunci agar bisnis ekraf tetap bertahan di tengah persaingan dan perubahan tren pasar.
“Ekonomi kreatif bukan sekadar tentang kreativitas, tetapi bagaimana kreativitas itu bisa menghasilkan nilai ekonomi. Jika hanya kreatif tanpa ada nilai jual, itu bukan ekraf,” ungkapnya.
Ilyas menekankan bahwa salah satu tantangan terbesar bagi pelaku ekraf adalah memastikan ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja agar produksi tidak terhambat, terutama saat permintaan meningkat.
“Jangan sampai ketika sudah dipromosikan hingga ke luar negeri, tiba-tiba ada pesanan besar, tetapi bahan bakunya tidak tersedia. Ini yang harus diantisipasi,” ujarnya.
Ia mencontohkan industri anyaman di Lombok, di mana para pengrajin mulai beralih ke bahan baku alternatif karena rotan semakin sulit didapatkan. Hal ini menjadi strategi penting dalam memastikan produksi tetap berjalan tanpa bergantung pada satu jenis bahan baku saja.
“Mereka mulai mencari tanaman lain yang memiliki sifat kuat dan mudah dibudidayakan untuk menggantikan rotan. Ini bisa menjadi inspirasi bagi pelaku usaha ekraf di Berau,” jelasnya.
Selain bahan baku, Ilyas juga menyoroti pentingnya manajemen produksi. Ia menyarankan agar pelaku usaha tidak terpaku pada pemenuhan pesanan dalam jumlah besar sekaligus, tetapi membaginya dalam periode produksi agar kontinuitas tetap terjaga.
“Misalnya, ada permintaan 10 ribu unit. Jangan dikerjakan sekaligus, tapi bisa dicicil agar produksi tetap berjalan lancar dan harga tetap kompetitif,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ilyas menegaskan bahwa pengembangan ekraf harus sejalan dengan promosi wisata. Salah satu potensi yang bisa dikembangkan di Berau adalah wisata berbasis kerajinan rotan yang ada di Kampung Long Beliu, Kecamatan Kelay.
“Wisata edukasi bisa menjadi daya tarik tersendiri, misalnya bagaimana rotan diolah dari bahan mentah hingga menjadi produk jadi. Ini bukan hanya menarik bagi wisatawan, tetapi juga bisa menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat lokal,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim