TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Kabupaten Berau kembali mengalami deflasi sebesar 0,56 persen pada Februari 2025 secara tahun ke tahun.
Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya yang mencapai 0,28 persen. Salah satu faktor utama yang menahan inflasi adalah penurunan tarif listrik.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Berau, Yudi Wahyudi, menjelaskan bahwa pola konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan pendapatan, perkembangan teknologi, serta perilaku pasar.
“Pada Februari, indeks harga konsumen (IHK) Berau mencatat deflasi 0,21 persen secara bulanan dan 0,56 persen secara tahunan,” ungkapnya.
Lanjutnya, jika dirinci berdasarkan kelompok pengeluaran, tiga sektor utama yang menyumbang inflasi Februari adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami inflasi 1,41 persen dengan andil 0,22 persen.
Di sisi lain, kata dia, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi 0,18 persen, serta sektor transportasi turun 0,11 persen.
“Komoditas yang menahan inflasi bulan ini meliputi tarif listrik, daging ayam ras, cabai rawit, beras, tomat, bawang merah, angkutan udara, ikan layang, telur ayam, dan tahu mentah,” jelasnya.
Sementara itu, beberapa komoditas yang justru mendorong inflasi antara lain emas perhiasan, udang basah, jagung manis, terong, dan minyak goreng.
Secara regional, Kabupaten Berau mengalami deflasi yang lebih rendah dibandingkan Kabupaten Penajam Paser Utara yang mencatat deflasi terdalam sebesar 0,73 persen.
Di sisi lain juga, Kota Balikpapan mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,18 persen.
“Dengan tren deflasi yang masih berlanjut, diharapkan pemerintah terus memantau harga barang dan jasa agar daya beli masyarakat tetap terjaga serta perekonomian daerah tetap stabil, khususnya di Ramadan ini,” pungkasnya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim