TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Pulau Maratua yang saat ini dikenal dengan pariwisatanya, diketahui memiliki mayoritas penduduk suku Bajau yang mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan.
Camat Maratua, Ariyanto menerangkan, para nelayan yang berada di pulau Maratua kebanyakan merupakan nelayan tangkap yang menggunakan jaring dan alat pancing.
“Nelayan yang menggunakan keramba itu hanya segelintir saja, mayoritas langsung menangkap di laut,” ujar Ariyanto.
Lanjutnya, ia mengakui sekitar 15 hingga 20 tahun lalu, Maratua juga dikenal sebagai penghasil teripang dan mutiara. Namun, sekarang jumlahnya sudah jauh berkurang. Yang menjadi penyebab berkurangnya jumlah tripang dan mutiara disebabkan karena penangkapan besar-besaran yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“Sekarang masih ada tapi tidak banyak, mungkin karena sering ditangkap jadi hewan laut tersebut berpindah tempat,” katanya.
Selain itu, ia juga mengatakan, nelayan Maratua juga sempat mengembangkan komoditas rumput laut. Namun, saat ini sudah tidak ada lagi, mengingat rumput laut adalah makanan kesukaan dari penyu.
“Karena memang makanan alami penyu, rumput laut banyak yang rusak karena dimakan oleh penyu, para petani pun tidak bisa berbuat banyak karena penyu hewan yang dilindungi,” jelasnya.
Ia mengatakan, petani rumput laut Maratua mampu menghasilkan produksi sesuai standar permintaan pasar. Diakuinya, dulu rumput laut asal Maratua sempat dipasarkan hingga ke luar daerah seperti Pulau Sulawesi. Tapi, saat ini sudah tidak ada lagi petani rumput laut di Maratua.
“Masyarakat pun saya lihat belum ada yang tertarik untuk mengembangkan potensi rumput laut ini. Dulu banyak petani rumput laut, karena Pulau Maratua berbentuk seperti huruf U biasanya di bagian dalam pulau petani biasa mengembangkan rumput laut, kalau di luar kan gelombang cukup besar,” tutupnya. (Yud/Ded)