TANJUNG REDEB, PORTAL BERAU– Angka stunting di Kabupaten Berau yang masih cukup tinggi, menjadi perhatian semua pihak. Bahkan, dalam kunjungan kerja Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, ke RSUD Abdul Rivai beberapa waktu lalu juga menyoroti permasalahan ini. Salah satu anggota DPRD Berau, Ratna, juga menyebut jika hal ini sudah menjadi permasalahan klasik.
“Masalah stunting ini hampir setiap tahun selalu ada di Berau. Dan kita dari DPRD berharap Pemkab Berau melalui OPD terkait yakni Dinas Kesehatan Berau, bisa memberikan perhatian khusus untuk masalah ini. Beri edukasi ke masyarakat betapa pentingnya mempersiapkan tumbuh kembang buah hatinya sejak dalam kandungan hingga melahirkan,” jelasnya, ditemui Senin (22/11).
Dikatakan politisi Partai Golkar ini, stunting sebenarnya bisa diminimalisir jika orang tua khususnya ibu paham dan mengerti bagaimana pemenuhan gizi yang benar bagi calon buah hatinya. Dimana semuanya harusnya dipersiapkan sejak masa kehamilan.
“Kita selalu koordinasi dengan Dinkes untuk menekan angka stunting ini. Dan sudah banyak upaya yang dilakukan, mulai dari posyandu di setiap kampung dan kecamatan untuk memberikan informasi seputar stunting, dan agar para ibu yang sedang mengandung lebih rutin memeriksakan kandungannya,” tambahnya.
Data dari Dinkes Berau menunjukan 18,80 persen dari 4.366 balita yang didata oleh Dinkes mengalami stunting. Masalah stunting banyak penyebabnya, salah satunya yakni disebabkan oleh si ibu yang mengalami anemia, hipertensi, stres, hingga permasalahan COVID-19.
Masih tingginya tingkat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menjadi salah satu faktor pendukung terjadi stunting. Pada tahun 2019, kasus stunting di Berau berada pada angka 13,90 persen atau 1.487 dari 10.701 balita ditimbang. Dan pada tahun 2020 tercatat ada 18,06 persen dari 10.735 balita ditimbang. (Ded/Adv)