TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Sejumlah potensi bencana di Berau sudah dipetakan. Namun sampai saat ini kesiapan peralatan Badan penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Berau masih minim.
Hal itu seperti disampaikan kepala BPBD Berau, Thamrin. Peralatan untuk penanganan banjir dan kebakaran hutan dan lahan yang disebutnya masih sangat kurang.
Dijelaskan, untuk wilayah Berau 2 potensi terbesar yakni banjir dan Karhutla.
“Tetapi kita masih minim peralatan, masih sangat kurang,” jelasnya.
Seperti misalnya pada penanganan banjir besar yang terjadi belum lama ini di belasan kampung wilayah hulu Berau.
BPBD kekurangan perahu karet untuk mobilisasi anggota serta bantuan serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Apalagi apabila terjadi banjir bersamaan di beberapa kampung seperti yang baru terjadi, sehingga ada tim pada titik koordinasi berkumpul yang tidak menggunakan fasilitas sendiri seperti perahu karet.
“Sering saya katakan bahwa kami BPBD itu selalu siap kapan saja menghadapi setiap bencana,termasuk program kerja untuk pencegahan sosialisasi dan pelatihan.kalau peralatan masih kurang,” jelasnya.
Saat ini di setiap kecamatan ada 3 orang personel yang ditempatkan selalu siaga namun hanya dengan peralatan khusus untuk bencana kebakaran hutan dan lahan.
“Itu saja yang ada sekarang,kalau untuk bencana banjir dan longsor kita memang belum punya,artinya seperti perahu karet dan lainnya kita tidak punya disana,” sambungnya.
Oleh karena itu, Thamrin berharap ada perhatian berupa bantuan peralatan dari BPBD provinsi maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dijelaskan pihaknya selalu programkan usulan kepada provinsi dan pusat untuk penambahan peralatan utama yang dibutuhkan. Namun hingga saat ini belum ada penambahan. Ia mengaku setiap tahun mengusulkan.
“Karena itu penting sekali,perahu karet atau speed boat khusus sungai jika bisa,” lanjutnya.
Thamrin mengungkapkan, pada tahun 2019 lalu, pihaknya sudah mendapatkan jatah mesin untuk perahu tambahan peralatan air bagi BPBD Berau. Namun batal dikirimkan ke Berau dan dialihkan ke Konawe yang saat itu dilanda musibah.
“Dialihkan kesana dan kita telusuri juga apakah ada gantinya atau bagaimana tetapi sampai saat ini belum ada realisasinya,” tutup Thamrin. (*)