TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Setelah resmi ditetapkan sebagai Kampung Budaya, Kampung Bena Baru di Kecamatan Sambaliung kini tengah bersiap untuk mengembangkan sektor pariwisatanya.
Dalam kesempatannya, Kepala Kampung Bena Baru, Nyelung Jalin, berharap dukungan nyata dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, khususnya dalam pemenuhan sarana dan prasarana (sarpras) pendukung destinasi wisata berbasis budaya.
Menurutnya, penetapan Bena Baru sebagai Kampung Budaya bukanlah proses yang instan. Keputusan itu diambil setelah melalui kajian mendalam antara pemerintah kampung dan Pemkab Berau, mengingat potensi budaya yang diwariskan secara turun-temurun di kampung tersebut.
“Kami punya warisan budaya yang masih lestari hingga sekarang, seperti seni tari tradisional, peninggalan leluhur, hingga event tahunan seperti Festival Lesung Osap. Itu semua adalah kekayaan yang harus dijaga dan diwariskan ke generasi selanjutnya,” ungkapnya.
Namun, untuk menjaga keberlanjutan status sebagai Kampung Budaya, Nyelung menegaskan perlunya komitmen dan dukungan pembangunan dari Pemkab Berau.
Ia menyebut bahwa pengembangan sarpras pariwisata akan membuka peluang besar tidak hanya bagi perekonomian kampung, tetapi juga bagi pendapatan daerah.
Ia menyebut, salah satu perhatian utama Nyelung adalah kondisi akses jalan menuju Kampung Bena Baru. Ia menyampaikan bahwa jalan poros utama menuju kampung, dari gerbang pertama hingga pusat kampung, masih dalam kondisi berlubang, licin, berdebu, dan rawan tergenang saat musim hujan. Akses yang buruk ini menjadi hambatan besar bagi wisatawan yang ingin berkunjung.
“Kondisi jalan sangat memprihatinkan, apalagi saat hujan. Wisatawan tentu akan berpikir dua kali untuk datang kalau akses jalannya tidak nyaman. Padahal ini bisa jadi potensi ekonomi bagi masyarakat,” jelasnya.
Usulan pengaspalan jalan tersebut, kata Nyelung, telah menjadi prioritas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan dan diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu dekat.
Selain akses jalan, sarana budaya seperti Balai Adat Kampung Bena Baru juga menjadi perhatian. Balai yang telah berdiri selama lebih dari 20 tahun itu kini dinilai tak lagi memadai untuk menampung kegiatan adat dan acara besar kampung.
“Kapasitasnya tidak mencukupi, terutama saat ada acara besar yang melibatkan banyak warga. Perluasan balai adat sangat mendesak, agar kegiatan budaya bisa berjalan dengan nyaman dan tertata,” tuturnya.
Nyelung menekankan bahwa balai adat bukan sekadar bangunan seremonial, tetapi pusat interaksi sosial dan pelestarian budaya lokal, yang juga dapat dioptimalkan sebagai daya tarik wisata.
Dengan status sebagai Kampung Budaya, Nyelung ingin Bena Baru menjadi contoh kampung yang sukses memadukan pelestarian budaya dengan pengembangan ekonomi kreatif. Menurutnya, potensi seni dan budaya di kampungnya harus dikelola secara profesional agar memberikan manfaat jangka panjang.
“Kalau kita bicara Kampung Budaya, tentu yang kita unggulkan adalah seni dan tradisi. Tapi semua itu harus dibarengi dengan strategi pembangunan yang jelas. Tanpa itu, semuanya tidak akan berjalan sesuai harapan,” tegasnya.
Ia pun berharap Pemkab Berau benar-benar melihat Kampung Bena Baru sebagai aset budaya dan ekonomi daerah yang perlu ditunjang melalui kebijakan dan anggaran yang tepat.
“Harapan kami sederhana, bantu kami jaga dan kembangkan budaya agar bisa diwariskan dan dinikmati bukan hanya oleh masyarakat lokal, tapi juga oleh wisatawan dari luar. Ini demi Berau juga,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto