TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Anggota Komisi II DPRD Berau, Sutami, menyoroti anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Berau sejak Maret lalu. Menurutnya, selain harga yang kurang bersaing, jauhnya lokasi pabrik pengolahan di Berau juga menjadi faktor yang menyulitkan para petani.
Dari hasil rapat bersama Dinas Perkebunan dan pemantauan langsung di lapangan, Sutami mengungkapkan bahwa banyak petani di wilayah pesisir lebih memilih menjual TBS ke perusahaan di Kutai Timur (Kutim) seperti BHL dan PTH karena harga beli yang lebih tinggi.
“Dari informasi di lapangan, mereka memang menawarkan harga yang lebih baik. Jadi wajar jika petani lebih memilih menjual ke sana,” ungkap Sutami pada Kamis (24/4/2025).
Ia juga menyayangkan sikap perusahaan pengolahan di Berau yang dinilainya lamban dalam menyesuaikan harga sesuai ketetapan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Menurutnya, perusahaan terkesan cepat menurunkan harga saat harga TBS turun, namun sangat lambat saat harga naik.
“Saya minta Dinas Perkebunan tegas dalam menegakkan aturan harga dari provinsi. Jangan sampai perusahaan berlaku semaunya sendiri dan merugikan petani,” tegasnya.
Sutami juga menyoroti perbedaan harga yang cukup mencolok di beberapa wilayah pesisir, seperti Labalang, yang mencapai selisih Rp300 hingga Rp400 per kilogram dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini dinilainya bisa berdampak negatif terhadap kelangsungan sektor perkebunan dan pencapaian target produksi daerah.
Ia pun mencurigai adanya pihak-pihak tertentu yang bermain dalam lambatnya penyesuaian harga di tingkat perusahaan.
“Apakah ada keterlibatan oknum dari dinas atau perusahaan, belum bisa dipastikan. Tapi ini perlu ditelusuri. Kalau dibiarkan, petani yang terus menjadi korban,” ujarnya.
Sebagai langkah lanjutan, Komisi II DPRD Berau akan turun langsung ke lapangan serta memanggil sejumlah perusahaan guna mencari solusi dan memastikan harga sawit yang adil bagi petani.
“Negara harus hadir untuk rakyat. Jangan biarkan petani berjuang sendirian di tengah tekanan ekonomi yang kian berat,” kuncinya. (*/)
Penulis : Muhammad Izzatullah
Editor : Dedy Warseto