TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Anggota Komisi II DPRD Berau, Sri Kumalasari, menyoroti lonjakan harga cabai yang terjadi selama bulan Ramadan.
Kenaikan harga yang signifikan ini membuat masyarakat kesulitan mendapatkan cabai dengan harga terjangkau.
Sri mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama kenaikan harga cabai adalah cuaca ekstrem yang berdampak pada hasil panen.
Selain itu, pasokan dari luar daerah seperti Surabaya dan Sulawesi juga mengalami keterlambatan, sehingga stok cabai di pasaran menjadi terbatas.
“Kenaikan ini juga disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu, ada yang terkena banjir sehingga banyak cabai yang rusak. Sementara itu, permintaan meningkat dan pasokan dari luar daerah berkurang. Akibatnya, harga melonjak drastis,” ungkapnya.
Ia bahkan menerima laporan dari warga yang mengeluhkan perubahan harga yang begitu cepat.
“Ada masyarakat yang bercerita, baru saja ditinggal sebentar, harga cabai dari Rp180 ribu per kilogram naik menjadi Rp200 ribu per kilogram. Ada juga yang membeli Rp5 ribu tapi hanya mendapatkan tujuh biji cabai. Tapi karena kebutuhan, mau tidak mau mereka tetap membeli,” ujarnya.
Menurutnya, pasokan cabai dari petani lokal Berau masih belum mencukupi kebutuhan pasar.
Hal ini membuat ketergantungan terhadap cabai dari luar daerah cukup tinggi. Jika terjadi keterlambatan pasokan, harga akan melonjak karena ketersediaannya semakin terbatas.
Sri pun mendorong petani Berau untuk lebih aktif dalam membudidayakan cabai. Dengan program pertanian yang telah berjalan di desa-desa, ia berharap produksi cabai lokal dapat meningkat sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Dengan program pemerintah saat ini, sektor pertanian mulai berkembang di desa-desa. Saya berharap petani Berau semakin maju agar kita bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus bergantung pada daerah lain,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mengajak masyarakat untuk mulai menanam cabai secara mandiri, baik di pekarangan rumah maupun menggunakan media tanam seperti polybag.
Menurutnya, budidaya cabai dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan, mengingat harga cabai yang sering mengalami kenaikan.
“Kita harus bisa melihat peluang. Menanam cabai tidak harus di lahan besar, di polybag pun bisa. Selain untuk kebutuhan sendiri, kalau hasilnya melimpah bisa menjadi tambahan penghasilan,” katanya.
Sri berharap harga cabai dan bahan pangan lainnya bisa kembali stabil menjelang Hari Raya Idulfitri. Ia menekankan pentingnya menjaga ketersediaan pasokan agar masyarakat tidak terbebani oleh lonjakan harga yang tinggi.
“Semoga saat Lebaran nanti harga cabai bisa normal kembali, sehingga masyarakat bisa berbelanja dengan lebih tenang dan tidak terbebani,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim