TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Objek Wisata Danau Dua Rasa atau Labuan Cermin di Kampung Biduk-biduk, Kecamatan Biduk-biduk hingga saat ini masih ditutup sejak kemunculan buaya beberapa waktu lalu. Selain itu juga karena pergantian pengelolaan belum ditetapkan hingga saat ini.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) yang, Ilyas Natsir mengungkapkan bahwa pihaknya tidak bisa memutuskan untuk membuka objek pariwisata tersebut. Karena beberapa hal yang perlu dievaluasi terkait keamanan bagi pengunjung yang berwisata disana.
“Selain itu pengelola yang baru juga belum ditetapkan. Sehingga akibatnya libur kemarin destinasi pariwisata andalan Berau itu tutup. Ini kan sayang sekali, padahal bisa memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sana,” ungkap Ilyas, Sabtu (6/5/23).
Lanjutannya, oleh karena itu, ia meminta pemerintah Kampung Biduk-biduk untuk segera memutuskan secepatnya pengelola yang baru. Dengan demikian retribusi dari sana bisa kembali menyumbangkan PAD.
Ilyas mengaku, kemunculan buaya di lokasi wisata masih terus terjadi. Kemungkinan besar karena habitat aslinya sudah rusak, sehingga hewan itu mencari tempat aman di Labuan Cermin. Jika memang sudah rusak dan memerlukan waktu yang panjang untuk perbaikannya, pihaknya jelas akan mencari alternatif lain.
“Jika tidak ada titik temunya, mungkin kita akan rubah cara pengunjung wisata menikmati Labuan Cermin tersebut,” katanya.
Ia menyebut, adapun alternatifnya, Labuan Cermin diubah pola pengelolaannya, dari wisata alam menjadi wisata konservasi. Pengunjung tidak lagi bisa berenang untuk menikmati danau dua rasa tersebut karena berbahaya. Melainkan hanya boleh dilihat saja. Atau bisa juga dibuatkan wahana untuk keamanan wisata melihat keindahan bawah airnya. Yang bisa memperlihatkan perbedaan air asin dan air tawarnya.
“Yang jelas akan berkoordinasi dengan instansi terkait. Dan segera memutuskan pengelolaannya. Apakah ditangkap atau diubah pola destinasinya,” bebernya.
Namun, ditegaskannya hal itu masih belum pasti. Objek wisata tersebut tetap menjadi daya tarik unggulan. Hanya saja polanya yang diubah. Karena perubahan habitat yang juga berubah. Serta benar-benar dimanfaatkan untuk konservasi. Bukan hanya air tapi juga hutan yang ada di sekelilingnya yang dilindungi.
“Destinasinya akan tetap dipertahankan karena itu unik. Dengan melakukan inovasi dan pola kunjungan yang berubah. Dan akan dilakukan secara bertahap,” pungkasnya. (Yud/Ded/Adv)