TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas beras lokal Kabupaten Berau, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distannak) Berau akan mulai programnya peningkatan di Kampung Buyung-buyung, Kecamatan Tabalar.
Kepala Distannak Berau, Mustakim mengatakan, tahun 2022 ini pihaknya akan memulai program peningkatan beras lokal di Kampung Buyung-buyung.
“Artinya karena alatnya sudah lengkap di sana, alat alat mesin besar sudah tersedia dan bisa turun kesawah. Berbeda dengan daerah lain , alat besar belum bisa turun ke sawah, kalau disana mekanisasi alat berat sudah masuk,” Ungkap Mustakim usai mengkuti rapat hearing bersama DPRD Kabupaten Berau dan dinas terkait. Pada Senin (24/01/2022).
Menurutnya, tinggal satu yang menjadi permasalahan saat ini ialah dryer atau pengering bagi petani di kampung buyung buyung tersebut.
“Jadi untuk harga pengering itu relatif mahal kalau untuk petani mungkin tidak bisa membeli. Alternatif lain ialah vertical dryer yang kapasitas besar karena untuk kampung buyung-buyunh panennya sangat anyak sekali,” Kata Mustakim.
Diungkapkan Mustakim, untuk lantih jemur nanti dilengkapi dengan trahfildem, atau pengering ultraviolet relatif lebih murah.
“Itu bisa setiap kelompok tani mendapat satu persatu kalau emang serius kedepannya. Karena memang alat itu diperlukan kalau pas musim panen masyakarat bisa melihat kesana,” Imbuhnya.
Dirinya mengakui, petani beras disana bukan hanya dilantih jemur semua melainkan ada juga yang melakukan penjemuran diatas diaspal.
“Kalau ada mobil lewat itu bawa kerikil, nanti sampai digiling kerikil masih tetap ikut,” Beberapa Mustakim
Lebih lanjut, untuk jenis padi sendiri ciheranh cesantana, sesuai tren masyarakat karena untuk benih di kabupaten Berau relatif sama.
“Namun tiap daerah berbeda-beda karena kualitas setiap tanah berbeda-beda ada produk beras di kampung labanan, tasuk dan Kampung buyung buyung semuanya berbeda, meskipun bibit sama,” Terang Mustakim
Dirinya mengakui, kualitas tanahlah yang berpengaruh pada tingkat keasaman yang cukup tinggi, Pupuk itu hampir tidak respon di tanah yang tingkat keasaman tinggi tersebut.
“Beda dengan beras lokal di Kampung buyung-buyung ini, karena sudah lama dan tekstur tanahnya lebih bagus dibanding yang lain, jadi alat berat masuk itu tidak terperosok masih bisa jalan,” Tambahnya.
“Kita belum bisa swasembada pangan, karena dilihat dari luas lahan memerlukan waktu yang cukup lama terkecuali tidak ada alih fungsi lahan dan regenerasi petani, kalau petani tidak mau terjun langsung kesawah itu tidak ada namanya swa sembada pangan,” Tutup Mustakim. (Rzl/Ded)