TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Insiden 11 anak siswa Pramuka yang meninggal dunia akibat terseret arus saat berkegiatan di Sungai Cileueur, Kecamatan Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat menjadi luka mendalam dan perhatian dari seluruh pramuka yang ada di Indonesia. Hal tersebut mendapat perhatian pula dari Ketua Pramuka Kabupaten Berau, Syarifatul Syadiah.
“Kami atas nama Kwarcab, ikut prihatin atas insiden tersebut, tetapi kami yakin bahwa itu juga diluar kendali mereka. Kami berpesan dimanapun berada agar selalu sigap dan selalu mengutamakan keselamatan tentunya,” tutur Sarifatul, Kamis (28/10/21).
Dirinya mengakui di Pramuka ia memberi apresiasi kegiatan-kegiatan yang tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, kepedulian sosial dan partisipasi di masyarakat yang selalu ditingkatkan. Namun yang utama keselamatan itu harus di nomer satukan, jadi dalam melaksanakan suatu kegiatan jangan sampai ada unsur yang mengandung bahaya keselamatan.
“Dimanapun dan kapanpun kita harus bisa memastikan kodisi yang aman, apabila ada unsur yang membahayakan sebaiknya di evaluasi terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak kita inginkan tidak terjadi,” ungkap Sarifatul.
Sarifatul berharap nantinya seluruh anggota pramuka wajib diberikan pelatihan terlebih dahulu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Hal ini membuat kami harus lebih berhati-hati dan akan rutin memberikan pelatihan anggota pramuka dalam hal penyelamatan dan keselamatan dalam berkegiatan pramuka.
“Pelatihan merupakan hal utama yang penting bagi anak-anak di pramuka, khususnya yang berkaitan dengan musibah bencana dan penangan lainnya harus dimodali dengan kemapuan untuk keselamatan dirinya sendiri dan barulah kemampuan menyelamatkan orang lain,” ujarnya.
Lanjutnya, secara bertahap pramuka Berau akan memberikan pelatihan-pelatihan, seperti sekarang PT Berau Coal juga memberikan respon yang bagus untuk membantu pelatihan dalam peningkatan kemampuan dalam hal penyelamatan diri dan dalam hal membantu sesama.
Kedepan kami juga akan melakukan kegiatan susur sungai juga, tetapi sebelum itu kami akan melakukan evaluasi dan uji lapangan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut akan aman.
“Apabila nantinya ditemukan adanya unsur yang membahayakan kami akan langsung membatalkan kegiatan tersebut. Sebaliknya kami akan melakukan kegiatan lain yang pastinya tidak beresiko tinggi menimbulkan bahaya, masih banyak kegiatan di daratan yang lebih aman. Walapun di darat juga masih ada resiko insiden paling tidak kita bisa sudah punya antisipasi mengurani resiko tersebut,” terangnya.
Melihat jiwa-jiwa anak-anak sekarang yang sangat ingin berkegiatan yang menantang adrenalin.
“Kita sebagai pembimbing dan orang tua di luar rumah mereka harus memiliki rasa tanggung jawab menjaga mereka, dan jangan ada pembiaran terhadap kegiatan yang berpotensi menimbulkan bahaya tentunya,” tutup Sarifatul. (Yud/Ded)