TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Seorang warga Kampung Dumaring Ar (68), Kecamatan Talisyan dikabarkan diterkam buaya pada, Minggu (30/5) jam 18.30 wita disungai Bakil, korban yang diketahui merupakan Ketua Adat setempat.
Beruntung korban berhasil diselamatkan keluarga dan warga setempat, setelah korban timbul kepermukaan sungai, yang seblumnya diseret buya hingga ke dasar sungai.
Kejadian bermula pada saat korban baru saja menggelar acara syukuran kampung dan ingin membasuh tangan disungai seusai acara selesai, namun pada saat korban membasuh tangan disaat itu korban langsung disambar buya.
Korban mengalami luka yang cukup serius dibagian kaki dan tangan sebelah kanan. Akibat kejadian itu korban langsung dilarikan ke Puskesmas setempat dan dirujuk ke Rumah Sakit Abdul Rifai guna dilakukan Oprasi.
Akbar keluarga korban menuturkan, kejadian bermula pada saat digelarnya acara syukuran panen padi, masuki bulan juni dimalam jum”at, namun acaranya dipercepat, diikuti 6 orang turun ke sungai, setelah semua naik Ar (68) kembali kesungai untuk mencucih tangan.
“Saya dan beberapa orang lainnya telah naik dari sungai, namun korban tinggal untuk mencuci tangan,” jelasnya kepada tim portalberau.com, senin, (31/5).
“Pada saat korban mencuci tangan dan pada saat itulah disambar buaya,” tambahnya.
Ia juga menuturkan, ketika diterkam, korban langsung dibawa tenggelam beberapa menit, dan timbul kembali dangan hanya kelihatan punggung korban, korban juga sempat melakukan perlawan dan mencoba ketepi sungai bakil.
“Buaya sempat melepas gigitanya ditengah sungai, yang membuat korban berusah berenang ketepi,” ujarnya.
“Pada saat korban sampai ditepi sungai, kaki korban kembali ditarik buya namun alhamdulillah dapat terlepas,” ucapnya.
Buaya muara Crocodylus porosus merupakan salah satu dari 3 jenis buaya yang tersebar di Kalimantan. Sejak dilindungi oleh pemerintah Indonesia, selama lebih dari 35 tahun belum pernah dilakukan kajian kondisi populasinya di alam.
Sementara itu, dari tahun 2007-2014, tercatat 279 serangan buaya di Indonesia telah terjadi, 268 kasus serangan di antaranya dilakukan oleh buaya C. porosus dan 135 di antaranya berakibat fatal dengan kematian.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki kasus konflik manusia dengan buaya paling tinggi di antara 34 provinsi yang ada di Indonesia.
Lanjut Akbar, pergelangan tangan korban lepas dari engkol akibat saling tarik menarik antar buya dengan kelurga dan warga sekitar. Pada saat tarik menarik itu korban masih sadar dan terus berupaya lepas dari gigitan buaya.
“Setelah berhasil terlepas dari gigitan buya, korban langsung dibawa ke puskesmas,” tambanya.
“Koraban berhasil diselamatkan sekitar pukul 19.00,” pungkasnya.