TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Beredarnya sebuah video heboh pengangkatan penyu di sebuah tempat wisata yang diduga di sebuah tempat di Kabupaten Berau ini telah membuat resah para pemerhati penyu.
Pasalnya menangkap penyu, memegang dengan posisi vertikal dan mengelus kepalanya seperti itu sangat berpotensi membuat penyu stress dan trauma. Perbuatan seperti itu juga dinilai melanggar kode etik interaksi terhadap satwa liar dilindungi.
Di dalam video tersebut terdapat adegan seorang laki-laki yang diduga pemandu wisata memegangi penyu pada posisi sedemikian rupa sehingga terduga wisatawan perempuan dapat mengelus kepala dan pundak penyu hijau (Chelonia mydas).
Bayu Sandi, Ketua Yayasan Penyu Indonesia (YPI) sangat menyayangkan kejadian itu, perilaku itu dinilai tidak etis dan menunjukan pengetahuan masyarakat umum dan pelaku wisata terkait konservasi penyu masih cukup rendah.
“Penyu adalah satwa liar dilindungi yang unik, maka sebagai warga negara yang baik kita tidak boleh lagi memakan telur, daging dan memakai perhiasan dari bagian tubuh penyu (karapas)” ujar Bayu.
“Namun itu belum cukup, ada pula etika yang harus diperhatikan dalam berinteraksi dengan penyu, sekali anda salah berinteraksi dengan penyu maka anda akan dikritik para netizen cerdas, itu belum lagi resiko penyu stress” imbuhnya.
Ada lima poin kode etik dalam isu kesejahteraan satwa (animal welfare), poin terakhirnya mengatakan bahwa satwa harus bebas dari “rasa takut dan tertekan (secara mental)”.
Dengan demikian maka perilaku kita harus dijaga, jangan sampai membahayakan, mengganggu dan menakuti satwa, termasuk penyu. Diluar masa pandemi Covid – 19 ada belasan ribu wisatawan yang datang di Berau, perilaku mereka dapat berpotensi membahayakan penyu, maka harus ada edukasi khusus kepada pemandu wisata tentang kode etik ini.
“Mohon maaf, tetapi kami berkontribusi dalam kesalahan ini, sebagai lembaga yang berfokus kepada kelestarian penyu rupanya edukasi yang selama ini kami lakukan masih kurang, parameternya jelas bahwa kami kurang menyentuh kalangan industri pariwisata. Kedepan ini harus menjadi rencana strategi pada lembaga kami”. Jelasnya.
Wisatawan boleh saja berfoto dengan penyu, tentunya dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan baik wisatawan dan penyunya. Sebaiknya berfoto di dalam air, namun jangan memaksakan diri mendekati penyu bila penyu itu menunjukan ketakutan. Dengan demikian maka menangkap penyu untuk difoto bersama turis jelas bukan opsi yang pintar.
Paket wisata pengamatan penyu bertelur juga merupakan opsi yang bagus sebagai sarana edukasi. Sebaiknya operator wisata bekerja sama dengan para aktifis penyu yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Pada kegiatan wisata berbasis pengamatan penyu yang baik, para pemandu wisatanya telah dilatih untuk memimpin rombongan wisata dengan memperhatikan pencahayaan yang dipakai, adjustment pada kamera dan batasan keributan. Pemandu wisata yang berpengalaman akan bercerita panjang lebar terkait dengan penyu dan ini menjadi atraksi wisata yang unik
Kabupaten Berau memiliki luas wilayah 3,5 juta hektar dengan wilayah lautnya 1,2 juta hektar. Didalamnya ada 30 an pulau kecil yang menjadi habitat penyu hijau terbesar di Indonesia. Menurut Seminof 2004 dalam pengamatannya di Berau mengatakan bahwa Kepulauan Derawan merupakan habitat peneluran penyu terbesar ke 13 di dunia.
Pendapat Seminof mungkin salah seiring banyaknya NGO yang mulai secara akurat menggunakan teknologi dan metode mutakhir dalam penghitungan sarang penyu. Dengan munculnya angka-angka baru maka dimungkinkan peringkat populasi penyu hijau di Berau ini lebih tinggi daripada yang dipunyai negara tetangga sebelah, Malaysia.
Maka penyu, terumbu karang, dan ikan merupakan sumber pemasukan yang potensial bagi Pemerintah Kabupaten Berau dan masyarakatnya. Mereka harus dijaga kesehatan dan kelestariannya agar dapat menjadi daya magnet para calon wisatawan nasional dan internasional.