TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Selama terjadi pandemi Covid-19 di Kabupaten Berau, banyak menimbulkan dampak buruk baik dari sektor pariwisata yang menjadi salah satu andalan Kabupaten Berau, Sosial hingga ekonomi
Seperti yang dialami oleh Udin salah satu pelaku industri rumah tangga tahu dan tempe, yang berada di Jalanl Marsma Iswahyudi, Kelurahan Rinding.
Udin mengaku selama pandemi Covid-19 yang mewabah di Kabupaten Berau sejak bulan Maret lalu produksinya menurun hingga 20 persen dari jumlah biasanya.
Bahkan Ia mengaku terpaksa tetap melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya dan 10 anggotanya yang bekerja sama dirinya.
“Kami tetap produksi meski menurun untuk tetap bisa makan dan memenuhi kebutuhan bersama 10 anggota saya,” ungkapnya.
Lanjut pak Udin mengaku untuk harga bahan baku sendiri yakni kedelai tidak terlalu berpengaruh terhadap menurunnya hasil produksi tahu tempe di industri rumahan miliknya.
“Kalau harga kedelai saat ini Rp 10 ribu perkilo, dan masih lancar distribusinya ke Berau sehingga tidak terlalu berpengaruh pada hasil produksi tahu tempe ini,” pungkasnya.
Jika sebelum pandemi Covid-19, pria yang memiliki 10 pekerja itu mengaku dalam sehari bisa menghabiskan bahan baku kedelai mencapai 600 kg, namun selama pandemi Ia hanya bisa menghabiskan bahan baku dari 450 Kg hingga 500 kg setiap harinya.
“Produksi rumahan kami ini kami biasa salurkan ke pasar-pasar yang ada di Berau atau biasa ada pembeli sendiri yang datang kemari membeli,” tuturnya.
Udin menambahkan kurangnya produksi turut di pengaruhi minat masyarakat yang kurang membeli tahun dan tempe di pasaran.
Ia pun berharap agar pandemi Covid-19 yang mewabah hingga saat ini bisa segera ditangani bahkan dihilangkan di Bumi Batiwakkal sehingga semuanya bisa kembali normal.