TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – menindaklanjuti hasil kunjungan studi banding pengelolaan alur pelayaran umum sungai, oleh Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo bersama instansi terkait dan Forum Komunitas Masyarakat Maritim Berau (Berau Maritime Community) di Banjarmasin beberapa waktu lalu. Rabu (27/11) kemarin, manajemen PT Ambang Barito Nusapersada, yang melakukan pengelolaan alur Sungai Barito di Banjarmasin berkunjung ke Kabupaten Berau. Pertemuan digelar di Meetingroom Hotel Bumi Segah Tanjung Redeb dan dipimpin langsung Wabup Agus Tantomo.
Alur sungai Berau yang aktivitasnya terus meningkat dengan berbagai kegiatan pelayaran menjadi perhatian serius para pelaku usaha pelayaran maupun Pemerintah Kabupaten Berau. Tidak hanya untuk pelayaran kapal yang melayani kebutuhan masyarakat Kabupaten Berau, alur pelayaran sungai Berau juga menjadi kepentingan bagi beberapa daerah sekitar Berau yang kebutuhannya diangkut melalui pelayaran di Sungai Berau. Sementara tingkat sedimentasi yang menganggu aktivitas pelayaran juga menjadi perhatian serius. Sehingga pekau usaha pelayaran yang tergabung di forum maritim masyarakat Berau bersinergi dengan Pemkab Berau untuk mencari solusi pengelolaan alur pelayaran umum di sungai Berau.
Usai mengikuti pertemuan, Wabup Agus Tantomo, menjelaskan kondisi alur sungai Berau diakui para pengelola pelayaran mengalami sedimentasi, sehingga cukup mengganggu aktivitas pelayaran. Sehingga kondisi ini perlu mendapat perhatian serius agar pelayaran umum tetap berjalan dengan lancar. Meskipun tingkat sedimentasi sungai Berau berbeda dengan beberapa sungai lain yang lebij cepat terjadi sedimentasi. Pengekuran singai tetap harus dilakukan. Pasalnya pengerukan sungai Berau terakhir dilakukan sekitar enam tahun yang lalu. “Sedimentasi memang menjadi kendala pelayaran dan ini yang menjadi perhatian agar aktivitas pelayaran tetap lancar,” ungkapnya.
Salah satu yang mungkin dilakukan dalam pengelolaan alur sungai Berau menurut Agus Tantomo, dapat dilakukan dengan bekerjasama kepada pihak ketiga seperti yang sudah berjalan di Banjarmasin dan Surabaya. Namun konsekuensinya tentu ada tarif yang ditetapkan bagi setiap kapal yang melintas. Tarif tertentu nantinya akan ditetapkan bersama sesuai dengan peraturan dan besarnya investasi yang dilakukan dalam upaya pengerukan alur sungai. Tarif ini dikatakannya tentu tidak akan sama dengan tarif yang sudah diterapkan di daerah lain. Pasalnua sedimentasi berbeda dan aktivitas pengerukan juga akan berbeda. “Kalau di Surabaya mungkin enam bulan sekali, di Banjarmasin bahkan setiap hari ada pengerukan, di sungai Berau tentu berbeda dan tarifnya nanti juga tentu akan berbeda dan bisa lebih rendah,” jelaskan.
Selain itu dalam pertemuan Wabup Agus Tantomo juga mempertimbangkan jika nantinya penerapan tarif juga memperhatikan pelayaran kapal yang selama ini mengangkut kebutuhan pokok ke Bumi Batiwakkal. Pasalnya penerapan tarif tentu juga akan berdampak kepada biaya pengiriman yang ditetapkan perusahaan pelayaran. “Ini juga tadi saya sampaikan untuk dipertimbangkan, agar pelayaran seperti kapal batu bara dan minyak kelapa sawit, tentu berbeda dengan kapal kapal pengangkut kebutuhan pokok masyarakat,” jelasnya.
Wabup Agus Tantomo berharap dengan pertemuan hang melibatkan pelaku usaha pelayaran dan instansi terkait baik Dinas Perhubungan maupun Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan Tanjung Redeb serta PT Pelindo IV yang mengelola pelabuhan Tanjung Redeb dapat merumuskan bersama yanh terbaik untuk kelancaran aktivitas pelayaran umum di sungai Berau. “Intinya saya berharap aktivitas pelayaran umum di sungai Berau tetap berjalan lancar karena ini menjadi salah satu penggerak utama ekonomi Kabupaten Berau,” tandasnya. (Hms8)