TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Badan Penanggulangan Bencan Daerah (BPBD) Kabupaten Berau masih melakukan pendataan atas kerugian yang dialami korban banjir di 4 Kecamatan. Hingga kini BPBD Berau masih menunggu data yang pasti dari 4 kecamatan tersebut.
Menurut data yang diterima BPBD Berau, ada 2.507 Kepala Keluarga (KK) yang rumahnya tenggelam akibat banjir pada 13 Maret 2021 lalu. BPBD Berau yang dibantu oleh relawan Kabupaten Berau masih terus berupaya memberikan penyaluran bantuan kepada korban banjir.
Pemerintah Kabupaten dan BPBD Berau juga mencatat ada 4 Kampung di Kecamatan Segah, 4 Kampung di Kecamatan Kelay, 5 Kampung di Kecamatan Sambaliung dan 1 Kampung di Kecamatan Teluk Bayur yang terendam banjir.
Menurut Kepala Sub Bidang Penyusunan Program, Yusup Gunawan yang ditemui Tim media ini mengatakan jika Secara kuantitatif saat ini BPBD Berau belum selesai mendata kerugian yang ditimbulakan akibat banjir.
“Tapi memang kemarin hasil rapat evaluasi, beberapa kepala kampung terutama Kampung di Kecamatan Teluk Bayur dan Sambaliung menyampaikan secara kuantitatif, kerugian nya mencapai ratusan juta,” ucap Yusup Gunawan Jum’at, (21/5/2021).
“Memang data yang mereka sampikan masih belum dapat dipastikan dan dilakukan perhitungan secara menyeluruh,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan, sesuai arahan Bupati, nanti OPD-OPD terkait akan melakukan inventarisasi, termasuk juga BPBD Berau, baik itu Dinas pertanian, perkebunan, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan, tentunya dengan masing-masing metode serta diharpkan tetap berkoordinasi bersinergitas untuk melakukan perhitungan kerugian tersebut.
“BPBD sekarang lebih fokus ke penanganan bencana nya dulu, dengan mendistribusikan sembako atau bantuan-bantuan lain, kalaupun ada hal-hal yang perlu kita evakuasi dan lain lain akan kita lakukan,” Ujarnya.
“Selain itu kami masih mendata juga melakukan pemantauan pemantauan, karena dari situ bila kita telah dapat angka pasti maka kita dapat menyimpukan apakah dikategorikan darurat bencana atau tidak,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan, rata-rata warga yang terdampak banjir berpropesi sebagai petani dan pekebun sehingga, aset-aset pertanian hasil perkebunan warga banyak yang rusak dan hilang. Karena kebanyakan multi sectoral.
“Jadi saya pikir kesimpulannya, kita tidak bisa sepihak mengeluarkan data kerugian. Dan harus berkoordinasi dulu dengan opini terkait lainnya,” Pungkasnya.(*)