TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Kementerian Kesehatan RI berupaya mengembangkan industri obat tradisional melalui sinergi Academic, Business, Government dan Community (ABGC) dan meningkatkan penggunaan obat tradisional pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Riset Tumbuhan Obat dan Jamu tahun 2017, Indonesia memiliki sumber alam hayati yang terdiri dari 2.848 spesies tumbuhan obat dengan 32.014 ramuan obat.
Presiden menginstruksikan kepada Kementerian Kesehatan melalui Inpres Nomor 6 tahun 2016 untuk memfasilitasi pengembangan industri farmasi dan alkes ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural, dan Active Pharmaceutical Ingredients (API) kimia.
Kemudian Kementerian Kesehatan menindaklanjuti melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan salah satunya dengan mengembangkan industri farmasi produk natural.
Dalam rmengembangkan obat tradisional di Indonesia terutama di sarana pelayanan kesehatan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu.
Berdasarkan hal itu, Kepala Puskesmas (Kapus) Kampung Bugis, Bachri Karta Kesuma mengatakan saat ini pihaknya terus mendorong penggunaan obat-obatan tradisional di masyarakat.
Hal itu dimulai dari sosialisasi pada beberapa posyandu yang notabenenya menjadi pusat kesehatan masyarakat, mulai dari bayi hingga lansia.
“Sudah lama kami mendorong penggunaan obat tradisional serta mengurangi obat kimia. Ini kami sampaikan di posyandu-posyandu, karena dari Kementerian Kesehatan RI juga telah memberikan imbauan untuk mengembalikan pengobatan itu ke cara tradisional,” ujarnya saat dijumpai Portal Berau beberapa waktu lalu.
Bachri menyebut penggunaan obat kimia dalam jangka waktu yang lama dapat memberikan efek buruk terhadap tubuh manusia.
Hal itu yang membuat obat tradisional akan kembali dipopulerkan. Seperti rimpang-rimpangan yang sejak dulu dikenal sebagai tanaman dengan berjuta khasiat.
“Jahe, kunyit dan sejenisnya, itu memang sudah populer dari dulu sebagai obat penyembuh berbagai macam penyakit. Tumbuh-tumbuhan ini yang akan kita dorong agar digunakan sebagai metode pengobatan selain obat kimia dari dokter,” sambungnya.
Dikatakannya, meski memberi obat kimia kepada pasien, namun pihaknya tetap menyarankan pasien untuk mencoba pengobatan tradisional untuk penyakit-penyakit ringan seperti batuk pilek hingga sembelit.
“Apalagi kalau hanya sakit-sakit musiman seperti batuk dan pilek, sebaiknya mengurangi konsumsi obat kimia. Lebih baik buat sendiri di rumah dengan obat tradisional,” sebutnya. (mrt)
Editor: Dedy Warseto