TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Tingginya permintaan akan komoditi kakao, baik didalam negeri maupun diluar negeri. Kembali membangkitkan geliat para petani kakao di Kabupaten Berau. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perkebunan, Lita Handini.
Lita menjelaskan, untuk menyanggupi permintaan yang banyak tersebut. Diakuinya, pihaknya terus berupaya mendorong kembali semangat para petani kakao yang kebanyakan beralih ke komoditi lain untuk mengambil peluang yang ada saat ini.
“Penurunan bisa kita lihat dan nilai dari luas lahan kakao yang ada saat ini jauh berkurang dari tempo dulu,” ungkap Lita, Kamis (16/2/23).
Lanjutnya, tahun ini luasan lahan kakao sudah mulai bertambah akibat dari permintaan komoditi kakao yang meningkat saat ini.
“Tahun ini sudah mulai bertambah,” katanya.
Dirinya menyebut, berdasarkan data dari Dinas Perkebunan pada Tahun 2021 lalu, luas lahan pertanian kakao di Kabupaten Berau mencapai 984,3 Hektare. Untuk Tahun 2022 meningkat seluas 1.003 Hektare lebih.
“Dengan meningkatkan lahan pertanian kakao tentu meangkat jumlah dari hasil panennya. Ini yang kita inginkan untuk memenuhi permintaan pasar,” jelasnya.
Ia menyebut, ditambah lagi harga jual komoditi kakao ini juga mengalami kenaikan yang awalnya hanya Rp 27 Ribu perkilogram, kini bisa mencapai angka Rp 40 Ribu.
“Harga yang menguntungkan tersebut membuat petani kakao juga tergiur dengan harga yang memuaskan tersebut,” tuturnya.
“Banyaknya Permintaan kakao menjadi persaingan harga antar komoditas,”tuturnya
Lita mengakui, tidak hanya pertanian komoditi kakao saja yang meningkat di Kabupaten Berau, komoditi kelapa dalam juga ikut mengalami peningkatan dari luas lahan dan hasil panennya.
“Sentra kelapa dalam ada di daerah pesisir kita. Tentu ini prospek yang baik,” ucapnya.
Dirinya berharap, trend positif yang terjadi saat ini dapat bertahan lama dan berkelanjutan agar petani kakao dan Komoditi lain tidak beralih ke komoditi kelapa sawit misalnya. Lita menuturkan, memang saat ini kebanyakan petani melakukan pengembangan pertaniannya kebanyakan secara mandiri.
Namun Dinas Perkebunan juga berupaya untuk memberikan bantuan dan pendampingan bagi para petani yang menginginkan komoditas andalannya berkembang dan memerlukan bantuan.
“Memang masih ada petani yang bergerak secara mandiri. Tapi kami tetap akan melakukan berbagai upaya untuk membantu para petani yang tidak mampu mandiri dan menginginkan komoditasnya berkembang,” tandasnya. (Yud/Ded)