TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau berkomitmen mengembangkan konsep pariwisata halal sebagai arah baru pengelolaan sektor pariwisata daerah. Langkah ini menjadi bagian dari upaya memperkuat nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam aktivitas wisata di Bumi Batiwakkal.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Berau, Ilyas Natsir, mengatakan bahwa penerapan konsep pariwisata halal di Berau kini mulai disiapkan secara bertahap.
Meski begitu, ia mengakui masih ada beberapa aspek yang perlu diatur agar pelaksanaannya berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
“Kabupaten Berau akan menuju lokasi pariwisata halal. Namun masih ada beberapa hal yang perlu diatur, salah satunya ialah pengaturan jam malam,” ujarnya, Senin (3/11/25).
Selain pengaturan aktivitas malam hari, Ilyas menegaskan bahwa kawasan wisata halal di Berau nantinya juga harus terbebas dari minuman beralkohol. Ia menyebutkan bahwa prinsip utama dari konsep ini adalah menghadirkan kenyamanan bagi wisatawan yang ingin menikmati wisata dengan suasana yang sesuai nilai-nilai syariah.
“Pariwisata tersebut harus terbebas dari minuman beralkohol. Kemudian, hotel maupun resort di area tersebut juga harus syariah,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ilyas menjelaskan bahwa salah satu bentuk penerapan pariwisata halal adalah pengaturan etika berpakaian bagi wisatawan. Meski demikian, ia menilai masyarakat Berau selama ini cukup terbuka dan para wisatawan juga jarang berpenampilan terlalu terbuka.
“Para wisatawan juga perlu diatur cara berpakaiannya. Walaupun di Kabupaten Berau jarang wisatawan yang berpenampilan terlalu terbuka,” ujarnya.
Ilyas menambahkan bahwa komitmen menuju pariwisata halal di Berau juga telah terlihat dari tindakan nyata yang dilakukan oleh Bupati Berau. Salah satunya, dengan memberikan kain kepada wisatawan internasional yang datang dengan pakaian kurang sopan.
“Yang jelas, Kabupaten Berau akan menuju ke pariwisata halal. Hal ini dibuktikan dengan tindakan Bupati Berau yang selalu memberikan kain kepada wisatawan internasional yang berpakaian terbuka,” jelasnya.
Ia menyebut, langkah tersebut merupakan bentuk edukasi dan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal tanpa mengurangi kenyamanan wisatawan.
“Itu menjadi salah satu upaya, termasuk keinginan kepala daerah kita. Akan tetapi, nantinya hal ini tidak bisa diterapkan di semua tempat wisata,” kuncinya. (*/)
Penulis : Muhammad Izzatullah
Editor : Ikbal Nurkarim





