TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Potensi ekonomi kreatif di Kampung Bena Baru, Kecamatan Sambaliung, mulai menggeliat.
Melalui dukungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Berau, puluhan ibu rumah tangga di kampung tersebut kini tengah diberdayakan melalui pelatihan kerajinan tangan berbasis manik.
Sebanyak 30 perempuan mengikuti pelatihan meronce manik yang diselenggarakan Disbudpar sebagai bagian dari program pengembangan keterampilan ekonomi kreatif masyarakat kampung.
Pelatihan ini dirancang tidak hanya untuk mengasah kemampuan teknis peserta, tetapi juga membekali mereka dengan strategi pemasaran produk secara daring.
Dalam kesempatannya, Kepala Bidang Bina Usaha Jasa Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disbudpar Berau, Nurjatiah, menjelaskan bahwa program ini menyasar kelompok ibu rumah tangga agar memiliki keahlian produktif yang bisa dikembangkan menjadi sumber penghasilan.
“Kami ingin masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga, memiliki keterampilan yang bisa dimanfaatkan untuk membuka usaha sendiri. Ini bagian dari upaya mendorong kemandirian ekonomi sekaligus pelestarian budaya lokal,” ungkap Nurjatiah.
Lanjutnya,P Pelatihan diberikan langsung oleh Purnama Wati, seorang perajin berpengalaman sekaligus pemilik brand Manik Etam Art.
Ia menjelaskan, dalam sesi pelatihan, peserta diperkenalkan pada berbagai aspek dasar seperti pengenalan bahan, teknik dasar meronce, pemilihan kombinasi warna, hingga pentingnya menjaga estetika dan kerapian produk.
Kendati demikian, selain materi teknis, peserta juga diajarkan cara memasarkan produk secara digital.
“Mereka juga kita bimbing untuk membuat akun media sosial seperti Facebook dan Instagram, serta teknik mengambil foto produk yang menarik dengan pencahayaan yang sesuai dan deskripsi yang informatif,” ujarnya.
Namun demikian, ia menyebut, pelatihan ini masih menghadapi beberapa kendala. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan bahan baku manik di Kampung Bena Baru.
“Hal ini membuat para peserta kita masih harus bergantung pada pasokan dari luar kampung untuk keberlanjutan produksi,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, pihaknya juga berencana memfasilitasi pembentukan kelompok usaha ekonomi kreatif resmi di kampung, yang akan dilegalisasi oleh kepala kampung.
Menurutnya, dengan adanya legalitas, kelompok ini akan lebih mudah mengakses berbagai bentuk bantuan, pelatihan lanjutan, hingga peluang promosi melalui jaringan Disbudpar dan mitra kerja.
“Produk-produk yang mereka hasilkan nantinya akan kami bantu promosikan, termasuk melalui jaringan mitra perusahaan. Beberapa peserta juga akan kami ikutsertakan dalam program magang untuk memperluas pengalaman mereka di bidang ini,” bebernya.
Dirinya menambahkan, inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah daerah dalam mendorong kesetaraan gender di sektor ekonomi. Dengan melibatkan perempuan dalam kegiatan produktif berbasis budaya lokal, diharapkan tercipta kemandirian ekonomi rumah tangga sekaligus pelestarian warisan kriya khas Berau. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim