TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Berau terus mengupayakan peningkatan kualitas jagung pipil kering hasil petani lokal, guna memenuhi standar penyerapan oleh Perum Bulog.
Upaya ini bertujuan memperluas akses pasar, meningkatkan daya saing, serta memberikan nilai tambah bagi petani di Bumi Batiwakkal.
Dalam kesempatannya, Kepala DTPHP Berau, Junaidi, mengatakan bahwa terdapat sejumlah persyaratan teknis yang harus dipenuhi agar jagung pipil kering dapat diserap oleh Bulog.
Lanjutnya, persyaratan tersebut mencakup kadar air maksimal 15 persen, biji rusak tidak lebih dari 5 persen, biji berjamur maksimal 5 persen, biji pecah 4 persen, serta kandungan benda asing maksimal 2 persen.
“Tantangan utamanya ada pada proses pengeringan. Penggunaan dryer sangat disarankan karena hasilnya lebih merata dan lebih mudah memenuhi standar Bulog,” ungkap Junaidi, Kamis (24/4/24).
Namun demikian, saat ini baru petani di Kecamatan Talisayan yang memiliki fasilitas dryer, itupun berasal dari pengadaan dana desa.
Meski terbatas, kata dia, petani di wilayah lain masih bisa melakukan pengeringan manual dengan catatan kadar air tetap berada di bawah ambang batas yang ditetapkan.
Selain Bulog, jagung pipil kering juga tetap diminati oleh pasar lokal, seperti pengepul dan peternak ayam petelur, yang umumnya membeli tanpa persyaratan teknis ketat.
Ia menyebut, di wilayah Talisayan, harga jual jagung pipil kering saat ini berada di kisaran Rp 4.900 hingga Rp 5.000 per kilogram.
“Bulog sempat menyebutkan harga acuan pemerintah sebesar Rp 5.500 per kilogram. Jika harga itu bisa direalisasikan, tentu akan sangat menguntungkan bagi petani,” ujarnya.
Untuk mendukung para petani, DTPHP Berau akan terus mengupayakan bantuan, terutama dalam bentuk benih jagung. Proposal dari kelompok tani akan menjadi dasar pemberian bantuan tersebut. Sementara itu, pengadaan dryer diusulkan dapat diprogramkan oleh masing-masing kampung melalui Alokasi Dana Kampung (ADK).
Junaidi mencontohkan Kampung Sumber Mulya di Kecamatan Talisayan yang telah berhasil membeli mesin dryer secara mandiri senilai sekitar Rp 200 juta.
Ia berharap langkah ini bisa menginspirasi kampung-kampung lain untuk bergerak secara mandiri dalam mendukung pertanian lokal.
Secara umum, produksi jagung di Berau bisa mencapai hingga 12 ton per hektare, namun rata-rata produksi saat ini masih berada di angka 6 hingga 7 ton per hektare.
Menurut Junaidi, hal ini disebabkan oleh masih kurang optimalnya pengolahan lahan dan penggunaan pupuk.
“Melalui peningkatan kualitas, sarana pendukung, serta program pemerintah, kami berharap petani jagung di Berau bisa lebih sejahtera dan memiliki daya saing tinggi di pasar nasional,” kuncinya.
Sebelumnya, Perum Bulog Berau telah menyampaikan rencana untuk menyerap jagung pipil kering dari para petani lokal di tahun ini. Salah satu daerah yang menjadi fokus penyerapan adalah Kecamatan Talisayan, yang dikenal sebagai sentra produksi jagung terbesar di Kabupaten Berau. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto