TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Kabupaten Berau tengah menghadapi kekurangan pasokan jagung, salah satu komoditas pangan penting yang banyak dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga hingga pakan ternak.
Krisis jagung ini sudah berlangsung sejak awal Maret hingga April 2025, dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan stok.
Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan, mengatakan bahwa ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah membuat Berau rentan mengalami kekosongan stok, terutama saat terjadi gangguan distribusi.
“Sejak Maret, kita sudah melihat tren penurunan stok jagung di pasar. Produksi lokal belum mampu mengisi kekosongan itu, sementara pengiriman dari luar daerah juga sempat terhambat,” ungkap Rakhmadi saat ditemui di ruang kerjanya.
Lanjutnya, ia menjelaskan, meskipun beberapa kecamatan di Berau memiliki potensi pengembangan jagung seperti di Segah, Teluk Bayur, dan Kelay, namun realisasi penanaman masih jauh dari kebutuhan konsumsi dan industri.
“Lahan sebenarnya ada. Tapi karena berbagai kendala seperti minimnya sarana produksi, kurangnya pendampingan petani, dan belum adanya industri penampung berskala besar, jagung belum jadi pilihan utama petani,” jelasnya.
Kendati demikian, kondisi ini diperparah oleh meningkatnya permintaan jagung dalam beberapa bulan terakhir, khususnya dari sektor peternakan dan usaha kecil berbasis pangan. Akibatnya, harga jagung di tingkat pasar lumayan mengalami peningkatan dan mengganggu stabilitas pasokan.
“Kita sudah menerima laporan dari peternak ayam petelur dan pedagang pakan yang kesulitan mendapatkan jagung dalam jumlah besar. Harga juga ikut terdongkrak karena stok menipis,” katanya.
Sebagai langkah jangka pendek, Dinas Pangan bekerja sama dengan distributor untuk memastikan pasokan jagung dari luar tetap berjalan lancar. Namun dalam jangka panjang, Rakhmadi menegaskan perlunya strategi penguatan produksi dalam daerah.
“Ke depan kita harus dorong petani untuk mulai melirik jagung sebagai komoditas unggulan alternatif,” tuturnya.
“Kami siap memfasilitasi jika ada kelompok tani yang serius mengembangkan jagung, baik dari sisi bibit, pelatihan, maupun akses pasar,” sambungnya.
Ia menyebut, pihaknya juga berencana menggandeng dinas teknis lainnya seperti DTPHP serta mitra swasta untuk membuka peluang investasi di sektor hilir, termasuk pembangunan gudang penyimpanan dan pengering jagung.
“Kita ingin membangun ekosistemnya, bukan cuma menanam lalu bingung pasarnya. Kalau semua terhubung, petani akan lebih yakin, dan Berau bisa lebih mandiri dalam hal jagung,” tegasnya.
Rakhmadi berharap, ke depan Berau tak lagi terlalu bergantung pada daerah lain untuk memenuhi kebutuhan jagung.
“Selain menjaga ketahanan pangan, hal ini juga akan berdampak pada stabilitas harga dan peningkatan pendapatan petani lokal,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto