TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Dinas Perkebunan (Disbun) Kabupaten Berau merespons positif tren kenaikan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang belakangan ini terus mengalami peningkatan.
Kepala Disbun Berau, Lita Handini, menyampaikan bahwa pihaknya sebagai instansi yang membidangi sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit, menyambut dengan antusias perkembangan harga tersebut.
“Tentu kami sangat senang melihat tren harga TBS yang terus meningkat. Ini menjadi sinyal positif bagi sektor perkebunan,” ungkapnya.
“Harapan kami, setiap penetapan harga dua mingguan bisa terus mengalami kenaikan, karena dampaknya cukup dirasakan oleh petani,” sambungnya.
Lanjutnya, harga TBS saat ini, berdasarkan usia tanaman, sudah mulai menguntungkan. Pada periode kedua Maret 2025, misalnya, harga untuk sawit berusia 10 tahun mencapai Rp 3.324,57 per kilogram. Untuk umur 9 tahun berada di angka Rp 3.285,97 per kilogram, dan untuk usia 3 tahun sekitar Rp 2.927,91 per kilogram.
“Meskipun selisihnya hanya antara Rp 50 hingga Rp 100 per periode, itu sudah menunjukkan perkembangan yang bagus, apalagi dengan kondisi pasar yang sedang mendukung,” ujarnya.
Namun ia menekankan, penetapan harga resmi oleh pemerintah hanya berlaku bagi petani yang tergabung dalam skema kemitraan bersama perusahaan. Sedangkan petani non-kemitraan masih bergantung pada kebijakan harga masing-masing perusahaan di wilayah mereka.
“Kami selalu mendorong agar perusahaan tidak mematok harga terlalu jauh dari ketetapan pemerintah. Harga Rp 2.000 per kilogram saja sudah membahagiakan petani, apalagi jika bisa di atas itu,” katanya.
Lita turut mengapresiasi sejumlah perusahaan yang walaupun belum sepenuhnya mengacu pada harga resmi pemerintah, tetap memberikan harga yang cukup wajar, dengan selisih yang tidak terlalu besar, yakni sekitar Rp 200 hingga Rp 300 per kilogram.
Ia juga mengingatkan para petani agar tak hanya terpaku pada harga pasar, tetapi juga memperhatikan kualitas tanaman dengan melakukan perawatan yang optimal, terutama soal pemupukan.
“Kalau tidak dipupuk, buah sawit akan kecil-kecil. Sawit ini memang membutuhkan banyak pupuk, jadi perawatannya harus maksimal. Petani perlu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk biaya pemupukan demi hasil panen yang lebih baik,” jelasnya.
Kendati demikian, Lita menyoroti pentingnya peran koperasi dalam menjaga kestabilan harga dan memperkuat hubungan kemitraan antara petani dan perusahaan. Menurutnya, koperasi yang aktif dan mengikuti regulasi pemerintah dapat membantu petani memperoleh harga jual yang lebih baik.
Namun ia juga mengakui masih terdapat kendala di lapangan, termasuk keluhan petani soal perbedaan harga antar pabrik. Untuk itu, Disbun terus melakukan pembinaan kepada perusahaan-perusahaan sawit agar bisa memberikan harga yang lebih bersaing dan berpihak pada petani. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto