TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Dinas Pangan Kabupaten Berau terus menggalakkan program diversifikasi pangan sebagai strategi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kualitas gizi masyarakat.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada beras sebagai makanan pokok serta mendorong pemanfaatan sumber pangan lokal yang lebih beragam dan bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).
Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan, menjelaskan bahwa ketergantungan masyarakat pada beras masih sangat tinggi, padahal Berau memiliki banyak potensi sumber pangan lain.
“Kami terus mendorong masyarakat untuk mengonsumsi berbagai jenis pangan lokal seperti umbi-umbian, jagung, sagu, dan sorgum yang kaya akan nutrisi. Diversifikasi pangan ini penting untuk ketahanan pangan jangka panjang dan kesehatan masyarakat,” ungkapnya.
Lanjutnya, salah satu langkah yang dilakukan Dinas Pangan Berau adalah menggelar kampanye edukasi Menu Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dan diversifikasi pangan di berbagai kecamatan. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan Aman.
“Kami bekerja sama dengan sekolah, kelompok wanita tani, dan posyandu untuk mengenalkan pola makan yang lebih bervariasi dan sehat,” ujarnya.
Selain itu, Dinas Pangan juga mengadakan pelatihan pengolahan pangan lokal, di mana masyarakat diajarkan cara mengolah bahan pangan non-beras menjadi makanan lezat dan bernilai jual. Misalnya, tepung dari umbi-umbian yang dapat dijadikan bahan dasar kue dan makanan ringan sehat.
Untuk mendukung diversifikasi pangan, Dinas Pangan Berau juga menjalankan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) atau Lapau pangan lestari yang mendorong warga memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam sayuran, buah-buahan, dan tanaman pangan lainnya.
Kata dia, program ini sudah diterapkan di beberapa kampung dan berhasil meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan sehat.
“Kami memberikan bibit dan pendampingan teknis kepada kelompok masyarakat agar mereka bisa menanam sendiri kebutuhan pangannya. Dengan demikian, ketahanan pangan rumah tangga bisa lebih terjamin,” jelasnya.
Ia menyebut, meskipun upaya diversifikasi pangan terus digalakkan, masih ada tantangan yang dihadapi, seperti rendahnya minat masyarakat dalam mengadopsi pola B2SA dan keterbatasan akses pasar bagi produk pangan lokal.
Untuk itu, Dinas Pangan akan terus melakukan sosialisasi melalui program ‘Lapau Pangan’ dan bekerja sama dengan berbagai pihak guna mempercepat perubahan pola konsumsi masyarakat.
“Kami berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya mengonsumsi pangan yang beragam dan bernilai gizi tinggi. Dengan begitu, ketahanan pangan daerah bisa lebih kuat dan kesejahteraan petani juga meningkat,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Dedy Warseto