TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Tim Humas RSUD Abdul Rivai, Dani Apriat Maja menyebut permintaan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait data pemilih pada H-7 pemilu, sangat tidak logis.
Pasalnya, pihak rumah sakit tidak mungkin bisa memastikan siapa saja pasien yang masih dirawat sejak H-7 hingga hari H pencoblosan.
“Namanya orang sakit tidak ada yang bisa merencanakan apakah tujuh hari lagi atau dua hari lagi bakal masuk rumah sakit, itu tidak masuk akal menurut kami. Walaupun saya tahu itu sudah aturan, tapi aturannya tidak logis,” ujarnya kepada Portal Berau Online, Kamis (15/2/2024).
Padahal, pada aturan di pemilu lima tahun lalu, kata Dani sudah cukup bagus, yaitu pendataan masih bisa dilakukan oleh KPU melalui Panitia Pemungutan Suara (PPS) hingga H-1 pemilu. Aturan tersebut pun dipertanyakan fleksibilitasnya untuk para pemilih dengan keterbatasan kondisi seperti sakit.
“Kami sangat menyayangkan kalau misalnya aturan yang diterapkan sekarang justru membuat para pemilih yang sedang dalam kondisi terbatas, terpaksa harus golput. Harusnya aturan ada untuk lebih memperbaiki, bukan malah mengurangi,” sambungnya.
Pihak rumah sakit menyatakan kekecewaannya terhadap KPU, sebab tidak bisa memberikan upaya-upaya yang lebih baik untuk mengakomodir suara pemilih di ruang rawat inap RSUD Abdul Rivai, sehingga kurang lebih 200 pasien mereka tidak bisa ikut berpartisipasi pada pesta demokrasi kali ini.
“Sekarang kami seolah dipersalahkan karena tidak bisa memberikan data pasien di H-7. Tapi siapa yang bisa memprediksi hal itu. Pasien-pasien yang ada di sini banyak sekali yang mengaku kecewa karena tidak ada TPS keliling yang menghampiri mereka untuk pemungutan suara,” jelasnya.
Sementara itu, dikatakannya di daerah lain justru TPS keliling dapat dilakukan dengan baik untuk menjangkau suara-suara pemilih yang sakit. Hal itu semakin menjadi pertanyaan bagi pihak rumah sakit dan pasien selaku pemegang hak pilih.
“Padahal di daerah lain juga ada kok yang menjalankan TPS keliling. Tapi kenapa di sini tiba-tiba aturan menghapuskan itu. Harusnya di tempat-tempat khusus yang kejadiannya tidak bisa diprediksi, harus dimunculkan aturan yang fleksibel dan mempermudah keadaan. Sayang sekali kalau ratusan suara pasien hilang begitu saja atau dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu dalam pemilu,” tandasnya. (*)
Penulis : Marta
Editor : Dedy Warseto