“Tidak perlu terlalu serius, sambil bermain ternyata juga bisa meningkatkan kreativitas bahkan menjadi sarana untuk melahirkan prestasi. Bermain ‘Kartu Kuartet Destinasi Wisata Berau’ misalnya. Sudah terbukti mengantarkan beberapa pelajar di SMAN 2 Berau, berhasil meraih prestasi membanggakan di bidang seni design batik khas Berau”
MARTA, TANJUNG REDEB
Risna Herjayanti, salah seorang Guru Seni Budaya sekaligus Kepala Perpustakaan di SMAN 2 Berau, berhasil menciptakan game edukasi yang ia beri nama ‘Kartu Kuartet Destinasi Wisata Berau’.
Game yang bertujuan meningkatkan kreativitas siswa untuk menciptakan design batik Berau, ini dia perkenalkan kepada anak didiknya sejak Oktober 2023 lalu.
Game Kartu Kuartet Destinasi Wisata Berau adalah game edukasi ketiga yang diciptakan Risna, setelah game ‘Treasure Hunt Museum Batiwakkal’ dan ‘Monopoli Jelajah Tari Nusantara’ yang pernah memenangkan juara ke-2 kategori Best Practice pada ajang Lomba Porseni Guru Tingkat Provinsi Kalimantan Timur di tahun 2022 lalu.
Game Kartu Kuartet Destinasi Wisata Berau, kata perempuan kelahiran 4 Juli 1992 ini, adalah game yang sangat ampuh untuk mengasah kreativitas para siswa, khususnya dalam menciptakan design batik khas Berau. Karena metode belajar sambil bermain, menurutnya sangat efektif dan disenangi pelajar.
“Bermain sambil belajar itu kesukaan anak-anak. Mereka tidak akan bosan, bahkan cenderung ketagihan. Ini adalah satu dari sekian tujuan saya menciptakan game edukasi ini, agar anak-anak bisa belajar dengan santai tapi bisa lebih masuk ke diri mereka dan akhirnya memberi makna tersendiri bagi mereka selama proses belajar,” ujar Alumni Universitas Negeri Yogyakarta, Pendidikan Seni Tari angkatan 2010-2015 lalu.
Game dapat dimainkan oleh dua hingga lima orang pemain dengan sistem cabutan kartu. Kartu terdiri dari 24 lembar. Setiap lembar kartu komposisinya terdiri dari gambar, sebuah judul utama yang dituliskan di tengah atas, di bawah tulisan judul tersebut tertulis empat sub judul dengan aturan warna yang tertera adalah nama dari sub judul yang tertera.
Dalam memainkan game ini pun ada beberapa aturan khusus. Pertama, kartu dikocok oleh salah satu pemain, kemudian dibagikan kepada setiap pemain, masing-masing mendapatkan 4 kartu (untuk 4-5 pemain) dan 6 kartu (untuk 2-3 pemain), lalu sisa kartu diletakkan di meja. Sebelum bermain, seluruh peserta menentukan urutan pemain. Pemain utama dapat memilih pemain lain yang akan diminta kartunya dengan menyebutkan Destinasi Wisata Berau dan sub elemen yang diminta.
Jika pemain lain tersebut memiliki kartu yang diminta, maka ia harus memberikan semua kartu yang sesuai dengan Destinasi Wisata Berau tersebut. Namun, jika pemain lain tersebut tidak memiliki kartu yang diminta, maka pemain utama harus mengambil kartu yang diletakkan di meja hingga dapat. Pemain yang telah mendapatkan 4 kartu Kuartet Destinasi Wisata Berau, akan mendapatkan 1 poin. Permainan berlangsung sampai kartu di meja atau di tangan pemain telah habis. Dan pemenangnya adalah yang mendapatkan seri Kartu Kuartet Destinasi Wisata Berau terbanyak.
Dalam metode pembelajaran, Ketua MGMP Seni Budaya SMA se-Kabupaten Berau ini menjelaskan setelah siswa-siswi bermain, mereka akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok tersebut adalah yang akan melakukan proses design batik Berau.
“Setelah bermain, peserta dalam kelompok berdiskusi terkait destinasi wisata mana yang akan dituangkan ke dalam batik,” ucap perempuan yang juga berprofesi sebagai MuA tersebut.
Para siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian diminta untuk menyiapkan beberapa perlengkapan alat tulis untuk mulai melakukan design batik Berau. Seperti buku gambar A3, pensil, pensil warna atau spidol dan cat air serta rautan pensil.
Hasilnya dengan penggunaan media game Kartu Kuartet Wisata Berau, kreativitas peserta didik mengalami peningkatan. Terbukti dengan peserta didik dari SMAN 2 Berau yang telah berhasil mendapatkan beberapa prestasi dalam membuat design batik Berau pada beberapa event.
Tidak sampai di lingkungan SMAN 2 Berau saja, perempuan yang pernah menjadi penari dalam acara ‘Festival of Colours of The World’ di Malaysia pada 2014 lalu, punya impian game-game edukasi yang telah ia ciptakan dapat juga dimainkan pelajar dari seluruh sekolah di Kabupaten Berau, bahkan ia berharap game edukasi itu suatu saat bisa turut serta dalam kurikulum pendidikan di Bumi Batiwakkal.
“Memang game ini belum pernah dipublikasikan, tapi saya berharap game ini bisa dimainkan semua pelajar, bukan hanya dari SMAN 2 Berau saja. Dan dari game edukasi ini saya juga ingin semakin banyak peserta didik yang mengenal destinasi wisata Berau dan selanjutnya dapat meningkatkan kreativitas dalam membuat design batik Berau,” tutur peraih Juara 1 Lomba Konten Bahan Ajar dalam Gerakan Cinta Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2023.
Selain itu, ia berharap seluruh anak didiknya dapat berproses dan belajar hal baru setiap waktu, agar kreativitas pada bidang seni, khususnya design batik Berau yang saat ini mereka tekuni dapat terus melahirkan prestasi membanggakan.
“Semoga game ini bisa terus menjadi sarana inspirasi kalian untuk menciptakan atau mendesign batik Berau yang bisa dikenal sampai ke tingkat nasional dan internasional, tetap semangat,” tutupnya dengan senyum penuh semangat. (Mrt/Ded)