“Meski dianggap tidak menjanjikan secara materi, tetapi menjadi penjaga wisata alam baginya adalah sebuah keberkahan. Karena dengan begitu dia bisa mengenal banyak orang dari berbagai negara. Bahkan tak segan bertukar pengalaman saat berjumpa,
MARTA, BATU PUTIH
Marsuni, pria kelahiran 48 tahun silam ini menjadi penjaga wisata alam danau Tulung Ni Lenggo, sejak tahun 2017 lalu. Baginya, pekerjaan ini adalah hobi. Setiap hari dengan semangat muda yang dimilikinya, meski di usia yang tak lagi muda, Marsuni giat menjalankan rutinitas di lokasi wisata, mulai dari mengawasi pengunjung yang berenang, hingga menjadi ‘fotografer dadakan’ untuk mereka yang ingin mengabadikan momen saat berada di danau Tulung Ni Lenggo.
Pria kelahiran Kampung Karangan ini, tidak pernah mengikuti pelatihan khusus untuk memotret, namun hasil jepretannya tidak kalah bagus dengan fotografer kawakan. Tidak asal memotret objek, Marsuni juga tidak segan mengarahkan gaya pada sang model, agar hasil fotonya tidak monoton katanya. Tidak jarang hasil jepretannya juga mendapat apresiasi dari wisatawan.
“Siapa saja yang datang minta tolong untuk difotokan, saya fotokan. Saya bukan fotografer, tapi setiap hari di lokasi wisata ada saja yang minta tolong difotokan, dari situ saya mulai belajar-belajar mengambil gambar yang bagus,” katanya.
Meski hasil fotonya tidak mengecewakan, tapi Marsuni tidak menarik tarif. Ia menggratiskan jasa foto, hanya menganggap sebagai bantuan untuk pengunjung yang tidak punya peralatan bantu untuk mengambil foto bersama.
Di hari biasa, pengunjung wisata alam Tulung Ni Lenggo tidak terlalu ramai. Tapi tugasnya sebagai penjaga wisata alam, harus selalu memastikan setiap wisatawan yang datang pulang dalam kondisi sehat dan selamat. Untuk itu, ia terus berjaga dan memantau manakala ada pengunjung yang tidak bisa berenang.
“Setiap hari saya berangkat dari rumah jam 8 pagi, pulang jam 6 sore. Kerjaannya ya begitu, memantau wisatawan yang berenang, kadang ada yang tidak bisa berenang tapi pingin bercebur di danau, itu yang harus diawasi, takut-takut tenggelam,” ujar pria kelahiran 15 Mei 1975 tersebut.
Menjadi penjaga wisata di danau Tulung Ni Lenggo memang tidak menghasilkan banyak uang, tapi Marsuni tidak terlalu memikirkan hal itu. Selama ia masih bisa makan dan minum, ia tetap bersyukur dengan yang dijalaninya saat ini. Apalagi, tidak ada beban tanggungan anak dan istri yang harus ia pikirkan, karena pria bertubuh kurus ini masih berstatus bujang. Pendapatannya sebagai penjaga wisata alam pun hanya mengandalkan gaji yang diberikan dari pihak BUMK.
“Saya menikmati apa yang saya lakukan sekarang. Jalani saja. Di sini, saya bukan hanya mencari materi, tapi saya lebih menginginkan bagaimana hidup ini lebih berarti dengan sesuatu yang dicintai. Dan saya cinta untuk mengabdikan diri di sini,” tuturnya.
Ada hal yang membuat Marsuni begitu menyukai pekerjaannya. Karena dengan pekerjaan saat ini, ia mengaku sudah memiliki banyak teman dari berbagai negara seperti Ceko, Korea, Cina hingga Belanda. Hampir semua wisatawan mancanegara yang pernah berkunjung ke danau Tulung Ni Lenggo, Marsuni punya kenangannya.
Dengan senyum bahagia, Marsuni memamerkan kenangan yang sempat ia abadikan bersama kawan-kawannya dari berbagai negara. Beberapa slide foto ia coba tunjukkan sambil tertawa bahagia mengenang nama-nama mereka, yang masih saja diingatnya.
“Saya senang sekali kalau ada wisatawan mancanegara datang ke sini. Selain saya bisa mengasah skill bahasa Inggris dengan berbincang sama mereka, saya juga diajak bercerita banyak oleh mereka. Bahkan ada yang lebih dari satu kali mengunjungi tempat ini (danau Tulung Ni Lenggo), dan mereka masih mengingat saya,” kisah Marsuni sambil tersenyum bahagia.
Jelang liburan, Marsuni pun seringkali menyiapkan diri untuk lebih totalitas menjaga wisatawan yang akan menikmati keindahan alam danau Tulung Ni Lenggo. Namun, ia tidak sendiri, karena saat musim liburan ia akan diperbantukan oleh pemuda-pemuda Karang Taruna di Kampung Tembudan.
“Musim liburan jumlah pengunjung akan bertambah berkali-kali lipat banyaknya. Bisa sampai 4.000-an orang yang masuk. Kalau sebanyak itu, saya tidak bisa menjaga sendiri. Pasti ada anak-anak muda Karang Taruna yang membantu mengawasi wisatawan yang berenang,” lanjutnya.
Beruntung, selama menjadi penjaga wisata alam danau Tulung Ni Lenggo, tidak pernah ada kecelakaan ataupun insiden yang sampai berakibat fatal. Marsuni berharap pada libur Natal dan Tahun Baru mendatang, suasana di danau Tulung Ni Lenggo tetap aman sentosa seperti sebelumnya.
“Selama saya berjaga di sini, alhamdulillah belum pernah ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Semoga saja seterusnya seperti itu. Saya tetap akan menjaga danau Tulung Ni Lenggo ini sampai sekuat mana saya mampu, karena saya pun sudah terlanjur mencintai tempat ini, yang saya kunjungi setiap hari,” harapnya. (Mrt)