TANJUNG REDEB, PORTALBERAU- Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan mengungkapkan bahwa saat ini Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kabupaten Berau yang masih terolong rendah. Sehingga untuk mendongkrak hal tersebut, pihaknya terus menggencarkan peningkatan, dengan melakukan sosialisasi standar makanan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).
“Memang masih rendah skor PPH kita, untuk itu kita terus mengencarkan sosialisasi stabdar makanan B2SA,” ungkapnya, Sabtu (15/7/23).
Dikatakannya, dari data yang ada Skor PPH Kabupaten Berau Tahun 2021 adalah 84,0 dan di tahun 2022 naik menjadi 89,5. Kenaikan skor PPH pada tahun 2022 adalah sebesar 5,5 dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana skor PPH tersebut masih menunjukkan konsumsi umbi- umbian, buah/biji berminyak, kacang-kacangan dan gula, sayuran serta buah masih di bawah skor maksimal.
“Perilaku pola konsumsi pangan seseorang sangat mempengaruhi keadaan gizinya. Kenyataan sampai saat ini, pola konsumsi pangan masyarakat masih perlu memperhatikan kaidah gizi seimbang,” jelasnya.
Lanjut Rakhmadi, kualitas pola konsumsi masyarakat Kabupaten Berau masih perlu lebih memperhatikan standar B2SA, sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan tubuh terhadap berbagai jenis makanan. Untuk mengatasi masalah tersebut, upaya penganekaragaman pangan menjadi sangat penting dan masih perlu untuk terus disosialisasikan.
“Kita harus lebih bekerja keras dalam mensosialisasikannya ke masyarakat agar percepatan bisa terealisasi maksimal,” katanya.
Ia menyebut, salah satu upaya yang dilakukan oleh pihaknya adalah dengan melakukan percepatan penganekaragaman pangan ke arah konsumsi pangan lokal selain beras. Permasalahan yang dihadapi selama ini, penganekaragaman pangan ke arah konsumsi pangan selain beras tidaklah mudah, mengingat semakin menurunnya konsumsi pangan non beras seperti umbi-umbian dan serealia atau jenis tanaman rumput penghasil biji bertepung yang biasa diolah menjadi makanan dan lainnya.
“Pengalihan pangan selain beras mungkin akan sulit terwujud secepatnya, namun kita akan terus mencoba agar sedikit demi sedikit bisa teralihkan,” ujarnya.
Sementara penurunan konsumsi beras justru akan meningkatkan konsumsi terigu seperti roti, mie instant dan olahan berbahan dasar terigu lainnya yang merupakan komoditi impor. Rendahnya konsumsi pangan lokal di satu sisi akan mengancam ketahanan pangan daerah jika terjadi hal-hal yang menghambat proses distribusi pangan seperti pandemi, bencana alam, cuaca dan sebagainya.
“Di sisi lain, tidak semua daerah di Kabupaten Berau berpotensi untuk ditanami padi, sementara daerah yang potensi padi semakin lama lahannya semakin terbatas atau terjadi alih fungsi lahan,”terangnya.
Rakhmadi menambahkan, perlu diberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya keseimbangan gizi bagi tubuh manusia untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif dengan menerapkan konsumsi pangan B2SA. Peningkatan kreatifitas dalam mengembangkan dan menciptakan menu yang memenuhi kaidah B2SA, serta mengolah berbagai kudapan/snack yang sehat dan lezat, dengan menggunakan bahan dasar selain beras dan terigu sebagai sumber karbohidrat alternatif.
“Kita berharap pemahaman yang kita sampaikan ke masyarakat akan efektif. Tentunya dengan meningkatkan kreatifan dalam mengembangkan dan menciptakan menu pangan menggunakan bahan dasar selain beras dan terigu sebagai sumber karbohidrat alternatif kedepannya,” tandasnya. (Yud/Ded/Adv)