SAMBALIUNG, PORTALBERAU- Beberapa hari teekahir sejumlah kampung terkena banjir. Dampak dari luapan air sungai tersebut pun membuat akses jalan antar kampung putus dan membuat aktivitas masyarakat lumpuh.
Melihat kondisi tersebut, Ketua DPRD Berau, Madri Panti melakukan peninjauan di Kampung Bena Baru dan Timbit Dayak Kecamatan Sambaliung. Setelah melakukan peninjauan, Madri meminta pemerintah daerah untuk terjun kelapangan melakukan peninjauan langsung dan mencari solusi yang baik.
“Ketinggian air ini mencapai 1.5 Meter dan setidaknya DPUPR bisa memikirkan cara agar akses jalan di kampung Bena Baru ini tidak terendam,” ujarnya.
Selain itu, ia juga meminta Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan bisa membuka posko dan dapur umum di kampung yang terendam banjir. Mengingat banyaknya masyarakat yang terkena dampak. Dikhawatirkan, seusai banjir, wabah penyakit akan datang. Apalagi perjalanan menuju ke Tanjung Redeb cukup jauh.
“Masyarakat juga butuh air bersih, ini yang belum ada sampai sekarang,” bebernya.
Diungkapkan Madri, musibah banjir di beberapa kampung sebenarnya sudah bisa ditebak. Mengingat banjir ini merupakan banjir tahunan. Namun hingga kini belum ada aksi antisipasi dari Pemkab Berau.
“Bisa saja kan menggunakan dana tanggap darurat, inikan bencana. Setiap tahun masyarakat gigit jari karena terkena musibah banjir, tapi tidak ada aksi sama sekali dari pemerintah,” ungkapnya.
Di sisi lain, ia juga mendapat keluhan warga mengenai sawahnya yang gagal panen, karena terendam banjir. Hingga menyebabkan padi dan jagung mereka mati.
Sementara itu, Kepala Kampung Tumbit Dayak, Achmad Jamlan mengatakan, lahan petani seluas 150 hektar gagal panen akibat musibah banjir tahun ini. Padahal padi tersebut nyaris siap panen. Namun karena banjir datang tiba-tiba, membuat para petani jadi pasrah.
“Warga hanya bisa pasrah. Bantuan baru dari pihak ketiga, yakni perusahaan sekitar,” ujarnya.
Ia juga mengkritik masalah peminjaman terpal dan perahu karet. Karena mekanisme yang ribet. Ia mengaku di Kampung Tumbit Dayak, ada tim siap siaga. Namun tidak bisa berbuat banyak karena tidak didukung sarana dan prasarana.
“Ada kami tim. Tapi ya beginilah kondisinya,” tuturnya.
Ia pun belum bisa memastikan, berapa kerugian yang dialami kampungnya. Mengingat luasnya lahan pertanian warga yang terendam banjir, hingga menyebabkan gagal panen. Belum lagi ternak warga yang hanyut terbawa banjir.
“Kerugian belum tahu berapa. Yang pasti miliaran. Untuk korban jiwa tidak ada. Air juga sudah mulai surut,” ujarnya.
Di kampung tersebut, ada lima RT yang jika terjadi banjir ketinggian air bisa mencapai 1 meter lebih, yakni RT 1, RT 2, kemudian RT 6,RT 7 dan RT 8. Untuk tiga RT lainnya, tidak terlalu parah.
“Sampai saat ini masih sebagian terendam banjir yakni RT 1 dan RT 2,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Kampung Bena Baru, Leth mengatakan akses menuju kampungnya terputus, akibat derasnya arus dan tingginya banjir yang mencapai 1,5 meter. Hingga warga beraktivitas menggunakan perahu. “Iya tidak bisa dilalui darat,” imbuhnya.
Ia melanjutkan, di kampung tersebut terdapat 270 kepala keluarga (KK). Di mana seluruhnya terisolir di kampung tersebut. Bahkan hingga kini belum ada bantuan datang. Padahal warganya membutuhkan air bersih. karena sumur-sumur warga terendam banjir.
“Kami butuh air bersih juga berharap agar ada posko kesehatan, karena kami khawatir warga ada yang sakit,” jelasnya.
Ia mengaku terus berkoordinasi dengan kawannya yang ada di hulu Sungai Kelay. Meskipun saat ini air mulai surut beberapa centimeter. Namun ia khawatir, air kembali naik pada malam hari. Karena di hulu dikatakannya masih kerap terjadi hujan.
“Biasanya, jika di hulu hujan hari ini, besok kami terima banjir kirimannya. Kami harap ada posko kesehatan,” pungkasnya. (*)