TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Berau, Kamis (6/8/20) menyelenggarakan kegiatan penguatan sumber daya manusia (SDM) bagi aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di Balai Mufakat, Berau.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Berau, Yayuk Yuliarti saat dikonfirmasi awak media di sela-sela kegiatan mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk peningkatan kapasitas aktivis PATBM dalam mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak.
“Jadi sesuai dengan bidang kami, tujuan digelarnya kegiatan ini agar baik dari anak itu sendiri, masyarakat, orang tua dan pemerintah memiliki peran dalam menjaga dan merawat,” ungkapnya.
Hal ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang (UU) nomor 34 tahun 2014 yang mengatakan semua komponen masyarakat memiliki keterlibatan dalam perlindungan anak.
Sebagai salah satu gagasan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA), PATBM sendiri diharapkan dapat memberi perlindungan terhadap anak berbasis masyarakat, agar berkualitas dan mandiri sebagai generasi penerus bangsa.
“Karena ini gagasan kementerian untuk membentuk kelompok aktivis di perkampungan, maka kami sudah terapkan di 38 kampung/kelurahan di Berau,” terangnya.
Ia melanjutkan, setiap kelompok ini terdiri dari 10 aktivis di dalamnya. Mereka yang terpilih, adalah orang-orang yang memiliki keperdulian terhadap anak di lingkungan sekitarnya.
“Jadi ada 380 orang yang sedang kita tingkatkan SDM-nya, agar nantinya mereka dapat mencegah kekerasan di wilayahnya masing-masing,” pungkasnya.
Namun dalam pelaksanaan kegiatan yang berlangsung hingga tengah hari tersebut, baru dihadiri oleh 24 kelompok PATBM. Lantaran terkendala, jarak dan lainnya.
Selain untuk mencegah kekerasan, aktivis ini sekembalinya ke kampung, diharapkan menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kekerasan anak.
“Dan mereka bisa membantu sesuai dengan kapasitasnya. Bisa dengan mendampingi anak yang menjadi korban, agar secara psikologi mereka tidak terganggu,” ujarnya.
Menurut Yayuk -sapaan arabnya, mereka para aktivis, sejauh ini masih kebingungan dalam memcahkan konflik yang dihadapi.
Dengan adanya beberapa masukan dari mereka, sehingga pembekalan materi digelar dengan mengundang pemateri yang ahli dalam bidang psikolog. Agar pengetahuan mereka meningkat.
“Ketika ada masalah, minimal mereka mengetahui langkah apa yang harus dilakukan di awal, kemudian cara memberi bimbingan konseling pada korban dan mengetahui mekanisme dan cara penanganannya,” lanjutnya.
Lantaran sudah dibentuk dari tahun 2019 lalu, dirinya berharap agar aktivis ini selalu mengupgrade pengetahuannya.
Karena tujuan awal dibentuk, aktivis PATBM sendiri adalah sebagai kepanjangan tangan dari DP2KBP3A.
Sehingga harapannya, angka kekerasan terhadap anak tidak terjadi di Bumi Batiwakkal -sebutan Berau, dan dari proses pembekalan yang di dapat, pengetahuan dalam mengelola tahapan kasus dapat diterapkan di lingkungannya. (ADV)