TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Dinas Peternakan Kabupaten Berau melakukan pemantauan terkait hewan ternak yang dikabarkan mati secara mendadak di kampung maluang Kabupaten Berau, pada 1 minggu lalu. Hal itu terjadi karena dugaan sebelumnya akibat virus Hog Cholera.
Namun setelah Dinas Peternakan Berau bersama Dinas Peternakan dan Dinas Kesahatan Provinsi melakukan pengambilan semple terhadap hewan hewan tersebut, diketahui matinya babi tersebut akibat virus African Swine Fiverr (ASF)
Menurut data Distanak, sebanyak 78 ekor babi mati akibat virus ASF dari populasi babi yang mencapai 680 ekor.
Kepala Dinas Peternakan, Mustakim menuturkan, jika gejala penyakit ini telah 2 minggu yang lalu sedangkan laporan warga seminggu sebelum pemantau kelapangan ini. Sedangkan tindak lanjut dari DIstanak Berau langsung melakukan pengambilan sempel pada oragan babi yang telah mati.
“Kita bekerja sama dengan Dinas peternakan dan kesehatan provinsi serta balai Veterener Banjar Baru dan mengelurkan sempel yang membuktikan bahwa hewan babi ini postif terserang penyakit ASF Seperti yang pernah terjadi di Sumatera Utara bebrapa bulan yang alau,” ucap Mustakim, pada Senin, (24/5/2021).
“Pengujian ini valid karena mengunakan PCR, tidak secara fisikilogis. Sehingga hasil virusnya
di ketahui,” ujarnya
“Langkah-langkah selanjutnya yang akan di ambil Distanak yaitu, akan dilakukan stanpingout terhadap hewan-hewan ternak di maluang atau dengan kata lain dihabiskan dulu, dan dilakukan penyemprotan kandang kandang agar virusnya tidak menyebar” tambahnya.
Ia juga menuturkan, akibat virus ini dapat berdampak terhadap kerugian ekonomi yang cukup besar karena kematian dapat 100 persen dalam satu kandang, namun yang dapat dipastikan penyakit atau virus ini tidak dapat menular kepada manusia.
“Penyakit ini perlu diberi catatan, bahwa virus ini tidak menular kemanusia atau bukan termasuk geonosis yang dapat menular dari hewan kemanusia,” jelasnya.
“Jenis desinfektan yang akan disemprotkan ke kandang kandang hewan nantinya akan di berikan kepada masing-masing peternak,” ujarnya
Mustakim menambahkan, sosialsisasi atau public werles telah dilakukan oleh Distanak di RT setempat, sehingga masyarakat juga dapat mengetahui bahwa virus atau penyakit ini sangat menular khusus untuk hewan ternak babi.
“Untuk memelihara babi ada persyaratan khusus, lokasi ini harus kosong minimal 2 bulan setelah pasca virus ASF ini. Karena bila belum 2 bulan kemungkinan masih ada virus berada dikandang ini,” Pungkasnya. (*)