“Kalau benda-benda seperti laptop, handphone dan kamera saja ada buku panduan yang diberikan dari pabriknya agar tidak salah dalam pengoperasiannya, lantas apakah kita sebagai manusia yang diciptakan lebih detail dan canggih dari semua benda itu, tidak memiliki buku panduan agar tidak salah dalam menjalani kehidupan? Tahukah kalian bahwa buku panduan hidup seorang manusia itu adalah Al-qur’an. Sebagai tuntunan dalam segala lini kehidupan, baik dunia maupun akhirat”
Marta, Sambaliung
Allah tempat meminta segala sesuatu. Sesuai dengan firman Allah dalam Qur’an Surah Al-Ikhlas ayat 2. Begitu besar keyakinan yang ditanamkan Salmia, atau lebih akrab disapa Ummi Salmia, terhadap diri sendiri dan anak-anak asuhnya.
Ya, Ummi Salmia, perempuan kelahiran Pangkep, 36 tahun silam ini merupakan pendiri Yayasan Salmia Care, yang berada di Jalan SM Bayanuddin Gang Rinjani RT 01, Sambaliung.
Di Yayasan yang berdiri sejak tahun 2018 itu, Ummi Salmia merawat sejumlah anak yatim piatu layaknya anak sendiri. Memberikan kehidupan duniawi yang lebih layak terhadap anak-anak asuhnya, bukan satu-satunya tujuan Ummi Salmia. Namun ada hal-hal non duniawi yang lebih penting baginya, namun menanamkan kecintaan mereka terhadap kitabnya umat Islam, yaitu Al-qur’an.
Di yayasan yang juga sebagai rumah bagi yatim piatu dan penghafal al-qur’an itu, Ummi Salmia tidak putus-putusnya memberikan pemahaman kepada anak-anak asuhnya, bahwa dengan mencintai Al-qur’an, menghapalkan serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, akan menjadi jembatan bagi mereka untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta-Nya.
Bagi Ummi Salmia, modal utama agar bisa lebih dekat dengan Sang Pencipta adalah dengan mencintai, mempelajari dan menghapalkan serta mengamalkan Al-quran dalam segala rutinitas kehidupan. Ketika seorang hamba sudah mendekatkan diri dengan bersungguh-sungguh pada penciptanya, kata Ummi Salmia akan mudah pula bagi seorang hamba untuk melakukan komunikasi tentang banyak hal dalam doa kepada Tuhannya.
“Anggap saja Al-qur’an ini seperti media komunikasi kita dengan Tuhan. Jadi akan nyambung kalau sudah mengenal Al-qur’an, dan itu yang kami tanamkan sejak dini pada anak-anak asuh kami. Karena, kalau hanya sekadar memenuhi kebutuhan duniawinya, mungkin diri mereka sendiri juga bisa. Tapi dengan membimbing mereka untuk lebih mengenal Al-qur’an, maka mereka akan lebih mengenal Tuhannya, dan itu bisa jadi tidak mereka dapatkan di lingkungan luar sana,” katanya.
Atas dasar hal itu, kini yayasan yang dikelola langsung oleh Ummi Salmia, tidak hanya menjadi yayasan untuk membina para yatim piatu, namun juga terbuka bagi mereka yang masih memiliki kedua orangtua untuk bergabung menjadi penghapal Al-qur’an. Karena baginya, motivasi terbesar dalam membentuk yayasan tersebut adalah agar terlahir generasi-generasi melek Al-qur’an sejak dini ditengah tuntutan zaman yang semakin mudah menggerus keimanan.
Bukan mudah bagi Ummi Salmia untuk memulai segalanya. Namun dia yakin kemudahan itu akan berpihak padanya saat dia mengandalkan Allah sebagai penolongnya. Banyak ujian dan cobaan yang dijalani hingga akhirnya yayasan tersebut dapat terbentuk dan memiliki beberapa santri. Ummi Salmia begitu percaya dengan kekuatan Al-qur’an dan doa bersama anak-anak asuhnya saat itu.
Suka dan duka yang dirasakan bersama anak-anak asuhnya, kini menjadi memori yang tidak akan pernah dia lupakan dalam hidupnya. Bahkan dia berharap, ketika dirinya sudah tidak ada, anak-anak asuhnya akan terus mengingat hal-hal yang telah mereka jalani bersama, menjadi anak-anak yang ringan tangan dalam menolong sesama seperti saat mereka berkali-kali mendapat pertolongan dari Allah ditengah kondisi payahnya.
“Awalnya saya tidak punya apa-apa untuk mendirikan yayasan, saya hanya bermodalkan niat yang tulus untuk merawat anak-anak ini, membimbing mereka agar bersama-sama jatuh cinta pada Al-qur’an. Kemudian saya yakin kepada Allah, yakin kepada janji Allah dan yakin kepada Al-qur’an. Lalu pelan-pelan Allah berikan jalan, dikirimkan orang-orang yang bisa membantu saya mewujudkan niatan ini. Akhirnya Allah mengirimkan bantuan kepada kami untuk sampai pada tahap saat ini,” kisahnya.
Hingga saat ini, yayasan tersebut telah menampung kurang lebih 25 santri, baik santri yang ikut mondok di yayasan tersebut maupun santri yang masih pulang pergi. Dari jumlah santri tersebut termasuk juga anak yatim piatu yang sudah cukup lama menjadi anak asuh Ummi Salmia. Santri-santri tersebut pun sudah banyak yang mempunyai hapalan Al-qur’an cukup banyak sejak usia dini.
Adapun metode yang digunakan Ummi Salmia dalam mengajarkan hapalan Al-qur’an pada santri-santrinya ialah dengan menggunakan metode gerakan jari yang mudah dipahami dan diserap oleh anak-anak sejak usia dini.
Selain sebagai rumah bina anak yatim piatu dan rumah tahfidz al-qur’an, di yayasan tersebut juga terdapat fasilitas penitipan anak bagi usia 3 bulan hingga 5 tahun. Terdapat juga fasilitas perawatan bayi, anak dan ibu yang langsung ditangani pula oleh Ummi Salmia.
Bukan hanya menghapalkan Al-qur’an, di yayasan tersebut juga terdapat beberapa kegiatan positif lain yang menjadi rutinitas para santri, salah satunya belajar bahasa Arab. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari dengan mengikuti jadwal yang telah dibuat.
“Di sini kami tidak hanya mengharapkan anak-anak bisa menghapal Al-qur’an saja, tapi sebisa mungkin mereka bisa menguasai ilmu-ilmu lain yang bisa berguna bagi mereka ketika sudah tidak lagi yayasan. Yang paling utama adalah akhlak dan etika, kami selalu menanamkan bahwa akhlak dan etika juga harus lebih diutamakan dalam kehidupannya. Jadi tidak sekadar menjadi penghapal Al-qur’an, tapi juga mengamalkan dan menerapkan apa yang terkandung dalam Al-qur’an dalam wujud akhlak dan etika,” lanjutnya.
Sisi positif lain yang terus dipertahankan pada santri-santrinya adalah berkurangnya keinginan mereka untuk memegang gadget. Mereka lebih tertarik untuk membuka Al-qur’an ketimbang bermain gadget. Hal itu menjadi salah satu kebanggan Ummi Salmia pada santri-santrinya. Ummi Salmia pun berharap semua santri yang ada bersamanya saat ini dapat mempertahankan hapalan Al-qur’an yang telah mereka raih, bahkan meningkatkan hapalan mereka setiap hari.
“Anak-anakku jangan mudah puas dengan yang telah diraih, namun tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Tetap istiqamah untuk menjadi sahabat Al-qur’an. Karena suatu saat hanya Al-qur’an yang dapat menolong kita, bukan gadget ataupun orang lain. Jadi teruslah mencintai Al-qur’an dan dekat denganNya,” harapnya.
Tidak hanya itu, yayasan tersebut juga selalu terbuka lebar bagi anak yatim piatu maupun anak dari kalangan tidak mampu namun berkeinginan kuat menjadi penghapal Al-qur’an.
“Kami selalu siap siapapun, khususnya untuk anak-anak yatim piatu dan dhuafa yang ingin bergabung, kami siap dan tidak dipungut biaya. Biarkan anak-anak kita sama-sama belajar dan mendekatkan diri sejak dini dengan Al-qur’an,” tutupnya. (*)