TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Bupati Berau, Sri Juniarsih, mendorong posyandu sebagai garda terdepan kesehatan masyarakat untuk lebih aktif dalam memberikan edukasi gizi kepada anak-anak.
Hal ini ditegaskan menyusul meningkatnya alokasi dana untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang kini mencapai Rp 24 ribu per anak, dua kali lipat dari alokasi sebelumnya.
“Kini anggaran PMT sudah lebih besar, tidak boleh lagi ada makanan yang tidak sehat diberikan kepada anak-anak. Stop makanan manis atau rendah gizi,” ujarnya.
Menurut Sri, tambahan anggaran ini harus dibarengi perubahan mindset dalam penyajian makanan. Ia menekankan bahwa anak-anak memiliki kebutuhan nutrisi khusus yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Karena itu, para kader posyandu diminta aktif memberikan pemahaman dan pembinaan kepada para ibu.
“Edukasi kepada orangtua adalah yang utama. Bagaimana menyiapkan makanan yang sehat dan bergizi di rumah, itu yang perlu dipahami,” terangnya.
Pemimpin daerah itu juga mengusulkan agar kegiatan rutin seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak dipadukan dengan pemutaran tayangan edukatif. Ia menyarankan penggunaan dua televisi di setiap posyandu satu berisi tutorial memasak menu bergizi dan satu lagi menayangkan konten edukatif bagi anak.
“Yang penting, kontennya membantu meningkatkan pengetahuan. Tapi tetap diingat, jangan terlalu lama memberi screen time ke anak-anak,” katanya.
Apalagi kata dia, dampak negatif seperti keterlambatan bicara (speech delay) akibat paparan layar berlebihan. Sebagai solusi jika posyandu belum dilengkapi media audio-visual, Bupati menyarankan pembuatan ruang ramah anak.
Meski sederhana, ruang tersebut bisa menjadi sarana bermain dan belajar tanpa bergantung pada perangkat elektronik.
“Tak harus beli barang baru. Bisa manfaatkan bahan yang tersedia di sekitar. Kreativitas itu penting,” terangnya.
Tak hanya itu, ia menginstruksikan setiap posyandu memiliki buku resep makanan bergizi untuk bayi dan balita usia 0–6 tahun. Buku tersebut diharapkan membantu kader memberi informasi praktis kepada para ibu.
“Puskesmas memang menyediakan layanan kesehatan. Tapi edukasi langsung di lapangan tetap jadi tugas posyandu. Kolaborasi antara keduanya sangat diperlukan,” ungkapnya.
Sri juga kembali menegaskan betapa pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk anak usia 0–2 tahun. Ia meminta orangtua menjaga pola asuh dan pemberian makanan tetap sesuai kebutuhan tumbuh kembang.
“Jangan buru-buru ganti dengan susu formula. ASI tetap yang terbaik bagi anak,” tegasnya.
Melalui berbagai upaya ini, Sri berharap semua posyandu di Berau semakin kreatif dan proaktif dalam mengawal tumbuh kembang anak.
“Kita ingin generasi Berau tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing,” pungkasnya. (*/)
Penulis : Muhammad Izzatullah
Editor : Ikbal Nurkarim





