TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Wacana pemindahan Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Tanjung Redeb ke wilayah kepulauan, tepatnya Pulau Maratua atau Derawan, menuai penolakan dari DPRD Berau.
Anggota DPRD Berau, Sa’ga, secara tegas menolak rencana tersebut karena dinilai tidak tepat dan berpotensi mengganggu kawasan wisata unggulan Kabupaten Berau.
Menurut Sa’ga, Maratua dan Derawan merupakan kawasan strategis pariwisata berbasis konservasi dan tidak seharusnya dijadikan lokasi pembangunan fasilitas seperti rutan.
“Keduanya adalah destinasi wisata. Sangat tidak strategis jika Rutan dibangun di sana,” tegas Sa’ga.
Ia menyebutkan bahwa selain statusnya sebagai kawasan wisata, luas lahan di dua pulau tersebut juga sangat terbatas dan telah diisi permukiman penduduk.
Kata dia, akses infrastruktur pun dinilai belum memadai untuk mendukung keberadaan rutan, termasuk kebutuhan dasar seperti fasilitas kesehatan.
“Pembangunan puskesmas saja sulit terealisasi karena keterbatasan area. Apalagi membangun Rutan,” ungkapnya.
Sa’ga mendorong agar rencana relokasi tetap mempertimbangkan aspek keamanan, akses, dan keberlanjutan kawasan wisata. Menurutnya, masih ada pilihan lokasi lain yang lebih layak dan strategis, yaitu pulau yang tidak berpenghuni dan jauh dari aktivitas masyarakat.
“Kalau di luar Pulau Derawan saya setuju. Kita masih punya Semama, Sangalaki, Kakaban, bahkan Pulau Panjang yang lahannya luas tapi tidak berpenghuni,” jelasnya.
Wacana relokasi ini sebelumnya disampaikan oleh Wakil Bupati Berau, Gamalis, saat melakukan kunjungan ke Rutan Kelas II B Tanjung Redeb. Dia menilai relokasi diperlukan sebagai solusi kelebihan kapasitas yang terus terjadi.
Saat ini, Rutan Tanjung Redeb dihuni oleh 604 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), padahal kapasitas idealnya hanya sekitar 200 orang. Artinya, rutan tersebut sudah melebihi kapasitas hampir tiga kali lipat.
Kondisi itu membuat ruang gerak warga binaan terbatas, pelayanan pemasyarakatan kurang optimal, hingga meningkatkan risiko keamanan.
Sa’ga menggarisbawahi bahwa pemindahan rutan adalah hal yang wajar jika alasan utamanya adalah overkapasitas.
Namun, ia menekankan bahwa lokasinya harus dipilih dengan cermat tanpa mengorbankan sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Berau.
“Relokasi memang perlu, namun harus ke lokasi yang tepat. Jangan sampai memindahkan ke wisata yang justru menjadi wajah Berau di tingkat nasional dan internasional,” kuncinya. (ADV)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim





