TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Festival kebanggaan masyarakat Berau, Karrap Fest, siap kembali hadir pada 5–9 November 2025 dengan wajah baru yang lebih segar, meriah, dan berorientasi pada kolaborasi lintas generasi.
Tahun ini, ajang yang digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau tersebut mengusung tema “Harmoni Budaya, Warisan dan Inovasi Masa Kini.”
Tema ini menjadi penegasan bahwa tradisi dan modernitas bukan dua hal yang bertolak belakang, melainkan bisa berjalan beriringan dalam satu ruang kreatif yang sama.
Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, menjelaskan bahwa Karrap Fest edisi kedua ini akan digelar di Amphiteater dan Taman Sanggam Tanjung Redeb, lokasi baru yang dinilai lebih representatif dan mampu menampung lebih banyak partisipan maupun pengunjung.
“Tahun lalu masyarakat sangat antusias, dan kali ini kami ingin menghadirkan suasana yang lebih hidup dengan ruang yang lebih luas. Taman Sanggam kami pilih karena lebih terbuka dan punya daya tarik tersendiri,” ujarnya.
Karrap Fest 2025 dirancang sebagai ajang pertemuan para pelaku seni, komunitas lokal, dan pelaku ekonomi kreatif. Selama lima hari penyelenggaraan, pengunjung akan disuguhi beragam pertunjukan, mulai dari tari kreasi tradisional, musik akustik, pantomim, hingga penampilan band lokal dan seni pertunjukan modern.
Tak hanya itu, puluhan UMKM dan pelaku ekonomi kreatif juga akan mengisi area tenant di sekitar Taman Sanggam. Mereka akan menampilkan produk-produk unggulan daerah seperti kriya, kuliner khas, busana etnik modern, dan desain kreatif lainnya.
“Kami ingin Karrap Fest menjadi ruang hidup bagi karya anak muda Berau. Mereka bisa mengekspresikan ide, berinovasi, dan sekaligus memperkenalkan produk kreatif mereka ke publik,” jelasnya.
Sejak pertama kali digelar, Karrap Fest telah menjadi salah satu program unggulan Disbudpar yang berfungsi ganda: mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif sekaligus memperkuat promosi pariwisata daerah.
Jika pada 2024 festival ini berlangsung selama 12 pekan di Panggung Mini Tepian Sungai Segah, tahun ini formatnya dibuat lebih padat namun dinamis, tanpa menghilangkan konsep utamanya yakni keberlanjutan dan kedekatan dengan masyarakat.
Nama “Karrap”, yang dalam bahasa Berau berarti “sering”, tetap menjadi simbol semangat keberlanjutan tersebut. Festival ini diharapkan bisa terus hadir sebagai wadah rutin bagi masyarakat untuk bertemu, berkreasi, dan menikmati budaya lokal.
Dalam penyelenggaraannya, Disbudpar juga fokus mendorong perkembangan enam subsektor ekonomi kreatif unggulan, yaitu seni pertunjukan, kriya, kuliner, fashion lokal, musik, dan desain produk.
“Kami ingin festival ini menjadi pintu masuk bagi pelaku kreatif lokal agar naik kelas, lebih profesional, dan bisa bersaing di tingkat yang lebih luas,” katanya.
Persiapan Karrap Fest 2025 dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak mulai dari komunitas seni, pelaku usaha, hingga sponsor lokal. Sinergi ini diharapkan mampu menjadikan Karrap Fest bukan sekadar agenda tahunan, tetapi juga gerakan bersama untuk memajukan kreativitas dan pariwisata Berau.
“Kami ingin masyarakat merasa memiliki festival ini. Semoga Karrap Fest menjadi ikon tahunan yang selalu ditunggu dan membawa manfaat ekonomi bagi banyak pihak,” kuncinya.
Penulis : Muhammad Izzatullah
Editor : Ikbal Nurkarim





