TANJUNG REDEB, PORTALBERAU — Upaya melestarikan Bahasa Banua terus digalakkan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Berau. Salah satunya melalui kegiatan Lomba Apresiasi Siswa tingkat SD hingga pendidikan nonformal, yang digelar selama tiga hari, sejak 21 hingga 23 Oktober 2025 di UPT SPNF SKB Berau.
Kegiatan ini menjadi bagian dari langkah strategis Disdik dalam mempersiapkan penerapan Bahasa Banua sebagai muatan lokal (Mulok) di sekolah-sekolah mulai tahun ajaran 2026, sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 28 Tahun 2025.
Sekretaris Disdik Berau, Ali Syahbana, mengatakan bahwa lomba ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kemampuan siswa, tetapi juga sarana memperkenalkan Bahasa Banua ke dunia pendidikan agar siswa dan tenaga pendidik lebih siap ketika kurikulum baru diterapkan.
“Melalui lomba ini kami ingin menumbuhkan kecintaan terhadap Bahasa Banua. Jadi ketika nanti sudah menjadi kurikulum resmi, baik guru maupun siswa sudah terbiasa,” katanya.
Lomba tersebut menampilkan empat cabang utama, yakni baca puisi, bekissa (bercerita), pidato, dan drama, seluruhnya menggunakan Bahasa Banua sebagai bahasa pengantar.
Pesertanya berasal dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga peserta pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C.
Menurut Ali, kegiatan ini bukan sekadar perlombaan tahunan, melainkan bentuk nyata apresiasi budaya dan pembinaan karakter generasi muda agar bangga menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
“Bahasa Banua adalah identitas masyarakat Berau. Kalau bukan kita yang menjaga, lama-lama bisa hilang. Melalui lomba ini, kami ingin bahasa ini kembali hidup di lingkungan sekolah dan keluarga,” ujarnya.
Disdik Berau juga terus menyiapkan tenaga pendidik agar implementasi Bahasa Banua sebagai mata pelajaran lokal berjalan maksimal. Salah satunya dengan memberikan pelatihan bagi guru Bahasa Indonesia agar mereka juga mampu mengajarkan Bahasa Banua di sekolah.
“Kami sudah memberikan pelatihan kepada guru-guru Bahasa Indonesia agar mereka mengenal struktur dan kosakata Bahasa Banua. Sekarang juga sudah ada kamus Bahasa Banua yang bisa digunakan sebagai panduan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, daerah-daerah yang masyarakatnya masih aktif berkomunikasi dalam Bahasa Banua juga akan diberdayakan sebagai mitra dalam memberikan pelatihan lanjutan bagi para guru.
“Kami ingin keterlibatan masyarakat juga kuat. Mereka yang masih menggunakan Bahasa Banua dalam kehidupan sehari-hari bisa berbagi pengetahuan kepada para pendidik,” jelasnya.
Melalui kegiatan apresiasi ini, Disdik berharap kesadaran generasi muda terhadap pentingnya bahasa daerah semakin tumbuh, sehingga Bahasa Banua tidak hanya dikenal di ruang kelas, tetapi juga digunakan dalam percakapan sehari-hari.
“Harapan kami, Bahasa Banua tidak hanya diajarkan, tapi juga dipakai dengan bangga oleh anak-anak Berau,” kuncinya. (*/)
Penulis : Muhammad Izzatullah
Editor : Dedy Warseto