TELUK BAYUR, PORTALBERAU – UPT Balai Pelaksana Penyuluhan Pertanian (BPPP) Kabupaten Berau terus berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani melalui kegiatan penyuluhan langsung di lapangan.
Salah satunya dilakukan di wilayah Labanan Makmur, dengan menghadirkan para petugas penyuluh dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT) untuk memberikan pembekalan teknis kepada masyarakat tani setempat.
Dalam kegiatan tersebut, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Rusidah menjelaskan pentingnya memahami tahapan pengolahan lahan sebelum memulai proses budidaya.
Ia menyebut, UPT BPPP memiliki penyuluh di setiap kampung yang menjadi wilayah binaan.
“Untuk di Labanan Makmur ini ada Mas Wanda, di Labanan Makarti ada Bu Mirmi, di Labanan Jaya ada Mas Huda, dan di Labanan Pembin Melayu ada Pak Yanni. Sementara untuk petugas POPT, ada Mbak Ilan,” ungkap Rusidah.
Menurutnya, pengolahan lahan merupakan tahap awal yang sangat menentukan keberhasilan budidaya. Petani harus memastikan lahan dalam kondisi bersih dan siap tanam melalui proses clean clearing.
“Lahan yang bersih akan memudahkan proses perawatan dan pengendalian hama. Untuk lahan rawa atau gambut, perlu dibuat sistem bedengan atau sorjan agar air tidak tergenang dan tingkat keasaman tanah bisa dikendalikan,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pengolahan lahan dapat dilakukan secara manual maupun mekanis, tergantung pada kondisi dan kemampuan petani. Selain itu, penting untuk menyesuaikan metode pengolahan dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
“Kalau untuk sawah, biasanya dilakukan pembajakan dan penggaruan. Sementara untuk tanaman hortikultura seperti sayur, sebaiknya dibuat bedengan setinggi minimal 40 sentimeter,” tuturnya.
Dirinya menambahkan, sebelum menanam, petani perlu memperhatikan kondisi pH tanah menggunakan alat ukur sederhana yang tersedia di Balai Penyuluhan Pertanian. Hasil pengukuran pH tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan jenis dan dosis pupuk yang tepat
“Kalau pH tanah terlalu asam, misalnya 4 atau 3, maka perlu dilakukan pengapuran agar netral. Setelah itu baru dilakukan pemupukan dasar,” ujarnya.
Selain pengolahan lahan, Rusidah juga menekankan pentingnya pemilihan bibit yang sesuai dengan kondisi wilayah. Banyak petani yang masih menggunakan benih dari daerah lain tanpa memperhatikan karakteristik lahan.
“Benih padi atau tanaman lain tidak bisa sembarangan dipindah. Ada yang cocok untuk lahan rendah, ada juga yang untuk dataran tinggi. Kalau tidak sesuai, hasil panennya bisa tidak maksimal,” paparnya.
Tahapan lain yang tak kalah penting adalah jarak tanam. Menurutnya, setiap komoditas memiliki kebutuhan jarak tanam berbeda untuk memastikan tanaman tidak saling berebut cahaya dan nutrisi.
“Kalau durian misalnya, jarak tanam idealnya 10×10 meter. Di musim hujan bisa dibuat lebih lebar, sementara di musim kemarau bisa sedikit dirapatkan,” ucapnya.
Rusidah menutup penjelasannya dengan mengingatkan petani agar memperhatikan kebutuhan air dan pemupukan sesuai fase pertumbuhan tanaman. Tidak semua tanaman membutuhkan air terus-menerus.
“Beberapa jenis tanaman justru perlu dikeringkan pada fase tertentu agar tumbuh optimal. Begitu juga dengan pupuk, harus diberikan sesuai kebutuhan, tidak berlebihan,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim