TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau menekankan pentingnya keterlibatan sekolah dalam menjaga kualitas makanan yang disediakan Satuan Penyedia Pangan Gizi (SPPG). Kepala Dinkes Berau, Lampay Sarie melalui Kabid Kesehatan Masyarakat, Suhartini, menyebutkan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan langsung, bukan hanya bergantung pada SPPG dan Dinkes.
Menurutnya, setiap sekolah seharusnya membentuk tim keamanan pangan. Tim ini berfungsi melakukan uji organoleptik atau tes rasa setiap hari sebelum makanan dibagikan ke siswa.
“Pengawasan tidak cukup hanya dari luar. Sekolah juga harus punya tim sendiri agar kejadian makanan basi bisa dicegah,” tegasnya.
Dinkes Berau sebelumnya sudah memberikan pelatihan khusus kepada seluruh tenaga kerja SPPG, mulai dari kepala unit, petugas gizi, hingga staf administrasi. Pelatihan itu membahas izin sanitasi, standar kebersihan, hingga prosedur penyimpanan bahan pangan.
“Kalau aturan dipatuhi, kasus makanan basi sebenarnya tidak akan terjadi,” terangnya.
Ia menambahkan, pengawasan rutin akan terus dilakukan oleh Dinkes. Pemeriksaan tidak hanya mencakup dapur pengolahan, tetapi juga kondisi lingkungan, penyimpanan bahan baku, hingga tata cara memasak. Misalnya, beras tidak boleh disimpan langsung di lantai, melainkan di atas palet. Begitu juga suhu makanan harus diperhatikan agar tidak masuk ke zona berbahaya yang memicu pertumbuhan bakteri.
Sementara itu, SPPG di Berau saat ini sudah beroperasi di dua lokasi, yakni Karang Mulyo dan Gunung Panjang. Setiap dapur melayani dua kali penyajian, pukul 09.00 untuk anak TK dan SD kelas rendah, serta pukul 12.00 untuk siswa lainnya. Kapasitasnya pun dibatasi maksimal 4.000 porsi per hari demi menjaga kualitas.
Dinkes juga terus melakukan sosialisasi, terutama bagi sekolah yang belum menerima program makanan bergizi (MBG). Salah satunya sudah dilakukan di Tanjung Batu. Selain itu, di setiap SPPG juga ditempatkan petugas gizi khusus sebagai pengawas internal.
“Kami di Dinkes hanya memastikan aturan benar-benar dijalankan. Internalnya tetap tanggung jawab mereka,” bebernya.
Ia pun mengapresiasi pengalaman para pekerja di SPPG, yang banyak berasal dari dunia kuliner profesional seperti kafe, katering, bahkan ada yang pernah bekerja di luar negeri. Dengan pengalaman tersebut, ia berharap standar pengolahan makanan bisa terus dijaga.
“Komitmen adalah kuncinya. Aturannya sudah baik, tinggal bagaimana diterapkan,” pungkasnya. (*/)
Penulis: Muhammad Izzatullah
Editor: Dedy Warseto