TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Pendidikan ternyata bisa tumbuh di tempat yang tak biasa. Di balik jeruji Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Tanjung Redeb, semangat belajar puluhan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berbuah manis. Mereka berhasil meraih ijazah mulai dari setara SD hingga SMA melalui program pendidikan kesetaraan.
Program tersebut lahir dari kerja sama Rutan Tanjung Redeb dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Anggrek Prestasi. Kehadiran PKBM ini menjadi mitra penting yang memastikan pendidikan tetap berjalan, meski dalam keterbatasan ruang gerak para WBP.
Kepala Rutan Tanjung Redeb, Yudhi Khairudin, menegaskan bahwa hak pendidikan harus tetap terjamin bagi siapa pun, termasuk mereka yang tengah menjalani hukuman.
“Semua orang berhak mendapat kesempatan memperbaiki diri. Pendidikan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik, dan kami ingin itu juga dirasakan warga binaan,” ucapnya baru-baru ini.
Pada tahun ajaran 2024/2025, sebanyak 60 WBP dinyatakan lulus. Rinciannya, 20 orang menyelesaikan Paket A (setara SD), 21 orang Paket B (setara SMP), dan 19 orang Paket C (setara SMA). Capaian ini naik dibanding tahun sebelumnya, yang hanya mencatat 47 lulusan. Menurut Yudhi, peningkatan tersebut menunjukkan adanya kesadaran baru di kalangan warga binaan.
“Ini bukti mereka punya tekad untuk berubah. Pendidikan bukan hanya soal ijazah, tapi juga soal membuka peluang hidup yang lebih baik setelah bebas nanti,” ujarnya.
Selain pendidikan formal, rutan juga membekali WBP dengan pembinaan keagamaan serta pelatihan keterampilan. Dengan begitu, setelah bebas, mereka diharapkan punya bekal pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi modal untuk kembali ke masyarakat.
Untuk tahun ajaran 2025/2026, tercatat 30 WBP sudah terdaftar sebagai peserta didik baru. Mereka terbagi rata di Paket A, B, dan C. Proses belajar berlangsung rutin dengan pendampingan tutor dari PKBM Anggrek Prestasi, serta dukungan fasilitas belajar yang disiapkan pihak rutan.
Yudhi menekankan, rutan tidak seharusnya dipandang hanya sebagai tempat menjalani hukuman. Lebih dari itu, rutan bisa menjadi ruang perubahan dan pembinaan karakter.
“Kami ingin mengubah stigma. Rutan bukan sekadar tempat menjalani pidana, tapi wadah untuk membangun harapan baru,” kuncinya. (*/)
Penulis: Muhammad Izzatullah
Editor: Dedy Warseto