TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Mustakim Suharjana mengungkapkan bahwa persoalan sampah plastik kini tak lagi bisa dianggap sepele.
Ia menyebut, setiap hari, tanpa disadari, masyarakat memproduksi sampah dalam berbagai bentuk mulai dari botol plastik minuman, kantong kresek belanja, hingga kemasan makanan ringan. Namun, di balik kebiasaan sederhana itu, tersembunyi ancaman serius bagi lingkungan.
“Sampah plastik tidak mudah terurai. Ia bisa bertahan ratusan tahun dan mencemari darat, sungai, hingga laut. Jika tidak dikelola dengan baik, plastik menjadi salah satu ancaman terbesar bagi lingkungan, termasuk di Berau,” ungkap Mustakim.
Mustakim menekankan bahwa pengelolaan sampah tak lagi bisa hanya menjadi urusan pemerintah. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk mengambil peran aktif, dimulai dari lingkungan rumah masing-masing.
“TPA bukan tempat pembuangan semua jenis sampah. Idealnya, sampah diselesaikan di tingkat rumah tangga, RT, kelurahan, dan kampung. Kita dorong gerakan Buang Sampah Terpilah (BST),” ujarnya.
Diakui Mustakim, pihaknya terus mendorong masyarakat untuk memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik yang masih bernilai ekonomi bisa disalurkan ke bank sampah.
Bahkan, ia juga menyebutkan bahwa hasil penjualan sampah dapat disumbangkan sebagai tabungan akhirat, seperti untuk masjid atau pesantren.
“Residu sampah bisa kita musnahkan menggunakan teknologi incinerator. Dengan pola ini, pengelolaan sampah akan lebih efisien dan berdampak langsung pada kebersihan lingkungan,” tuturnya.
Selain itu juga, pihaknya juga memperkenalkan teknologi Incinerator Self Burn yang kini telah digunakan di TPST Kampung Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan.
Kata dia, alat ini mampu membakar hingga 1 ton sampah per hari tanpa menggunakan bahan bakar atau listrik, melainkan energi dari sampah itu sendiri.
“Alat ini telah memenuhi standar emisi udara. Abu hasil pembakaran bahkan bisa dimanfaatkan untuk membuat paving block,” jelasnya.
Di sisi lain, penguatan ekonomi sirkular melalui bank sampah juga terus didorong. Saat ini, Kabupaten Berau memiliki 23 unit bank sampah, terdiri dari 1 Bank Sampah Induk (BSI) dan 22 Bank Sampah Unit (BSU), meskipun baru 13 unit yang aktif.
DLHK pun berkomitmen memberi penghargaan kepada bank sampah terbaik pada puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup mendatang.
“Ke depan, kita harapkan setiap kelurahan dan kampung memiliki minimal satu bank sampah aktif sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan dan ekonomi masyarakat,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim