TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Penjabat (PJ) Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, melakukan kunjungan kerja ke area pascatambang PT Berau Coal beberapa waktu lalu.
Dalam kunjungannya, Akmal Malik bersama rombongan meninjau beberapa titik, termasuk Binungan Fisheries Project dan pemanfaatan air void H3 di Kawasan Pengembangan Masa Depan (Kembang Mapan).
Akmal menegaskan bahwa lahan bekas tambang yang dikelola dengan baik, dapat berkontribusi pada ketahanan pangan daerah.
“Apa yang dilakukan PT Berau Coal memperkuat asumsi bahwa pascatambang sangat bisa dikembangkan menjadi salah satu basis ketahanan pangan, kita sudah lihat Berau Coal mengelola perikanan dengan mengoptimalkan fasilitas pengelolaan void” ujarnya.
PT Berau Coal menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pascatambang dapat menciptakan potensi baru, yakni perikanan air tawar serta pemanfaatan air void yang telah diproses.
Dengan pH air yang telah teruji baik di kisaran 6-7, area ini menjadi sangat potensial untuk pengembangan lebih lanjut.
“Saya sudah mencoba airnya, seperti air putih, tidak berbau. Artinya tinggal kemauan saja. Saya berharap pemegang konsesi tambang lainnya juga melakukan hal yang sama. Kuncinya adalah inovasi,” ungkap Akmal.
Dirinya juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemegang konsesi dan pemerintah daerah dalam mendukung ketahanan pangan.
Akmal pun mengharapkan sinergitas yang terjalin dengan PT Berau Coal dapat terus terjaga.
“Mereka memiliki lahan dan sumber daya. Tinggal kita dukung untuk dikembangkan.Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan PT Berau Coal selama ini, khususnya untuk Kabupaten Berau,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Operasional & HSE PT Berau Coal, Arief Wiedhartono, menjelaskan bahwa area Kembang Mapan, sebelumnya adalah area tambang, kini area tersebut telah pulih dan memiliki manfaat berkelanjutan.
Di Kawasan Kembang Mapan terdapat suatu Pilot Project pengolahan air minum dengan Water Treatment Plant (WTP) yang mana adalah proses peningkatan kualitas air baku agar layak dikonsumsi.
“Terdapat fasilitas pengelolaan air dengan teknologi reverse osmosis yaitu mengolah air baku dari void bekas tambang untuk menjadi air yang siap minum. Kami sudah kirim ke lab dan hasilnya layak minum,” tuturnya.
Ia menjelaskan, kualitas air yang dihasilkan oleh WTP sudah sesuai dengan parameter utama Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Selain pengolahan air minum, inovasi lainnya yang memanfaatkan air bekas tambang adalah Binungan Fisheries Project.
Selain itu, General Manager System Compliance, Environment and Mine Closure PT Berau Coal, Febriwiadi Djali, menjelaskan bahwa sejak 2011, perusahaan telah mengembangkan pembenihan ikan air tawar di area Kembang Mapan.
Ikan nila jenis GESIT dan GIFT, serta ikan mas Si Nyonya dipilih untuk dibudidayakan didukung dengan fasilitas yang tersedia meliputi, Kolam Bioflok, Kolam Pendederan, serta Kolam Penggelondongan dan Keramba Jaring Apung.
“Kami sudah coba berbagai jenis ikan, dan yang paling cocok adalah ikan nila dan ikan mas,” terangnya.
Dengan sumber air dari void tambang yang terjaga kualitasnya, PT Berau Coal menargetkan produksi 800 ribu benih ikan pada tahun 2024.
Tahun lalu, perusahaan telah memproduksi 650 ribu benih. Melalui project ini juga perusahaan dapat memberikan pelatihan bagi siswa SMK yang magang serta berkontribusi pada ketahanan pangan dengan mendistribusikan hasil ikan kepada petani di sekitar area tambang, mendukung program mina padi yang memadukan pertanian dan perikanan.
“Melalui inovasi pertanian yang terintegrasi dengan konsep mina padi, kami berharap program ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,” bebernya.
Dengan langkah-langkah inovatif ini, PT Berau Coal tidak hanya berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat sekitar, menjadikan lahan pascatambang sebagai sumber daya yang bermanfaat bagi semua. (ADV)
Penulis : Wahyudi
Editor : Ikbal Nurkarim