TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau memprediksi bahwa suhu panas yang saat ini terjadi Bumi Batiwakkal- sebutan Kabupaten Berau disebabkan akibat adanya pemanasan permukaan akibat pembentukan awan dan curah hujan yang minim sejak beberapa pekan terakhir.
Seperti yang disampaikan Kepala BMKG Berau, Ade Heryadi, bahwa suhu panas yang saat ini sedang terjadi ditimbulkan akibat musim kemarau yang terjadi sejak awal Juli lalu.
Hal itu ditandai langsung dengan volume atau curah hujan yang kurang dari 50 mm secara berturut-turut.
“Berdasarkan update Dinamika Atmosfer di Agustus ini puncak musim kemarau di wilayah Kabupaten Berau diprakirakan akan terjadi pada bulan September 2024 ini,” tegasnya.
Tak hanya itu saja, menurut data yang dimiliki bahwa angin kencang pun saat ini sedang melanda dibeberapa wilayah hingga pesisir laut Kabupaten Berau. Dimana, kecepatan angin berkisar 6 sampai 12 knot pada setiap waktunya.
Kondisi itu membahayakan para pelancong yang bepergian lewat jalur laut. Ataupun bagi para nelayan dan pekerja di laut lainnya.
“Mohon waspada terhadap kecepatan angin yang relatif tinggi di area tersebut,” sebutnya.
Dari kondisi itu, BMKG memberikan himbauan kepada pengendara kendaraan bermotor untuk berhati-hati.
Sebab debu akan menganggu perjalanan. Kemudian warga Bumi Batiwakkal juga dihimbau untuk mengurangi aktivitas diluar ruangan.
Demi menghindari risiko tertimpa benda-benda keras yang berpotensi beterbangan tertiup angin.
Bagi warga pesisir selatan Berau, diminta pula untuk tetap hati-hati. Sebab angin kencang dapat mengancam keselamatan.
“Tetap selalu waspada, karena seperti kita lihat saat ini hembusan angin cukup tinggi, dan itu ditakutkan dapat menganggu aktivitas masyarakat saat di lapangan,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat mengatakan bahwa dengan cuaca seperti ini dirinya pun meminta kepada masyarakat khususnya yang berada di wilayah pesisir agar mengurangi kegiatan di air.
“Meski tetap melakukan aktifitas di air tetap harus menggunakan baju pelampung, dan membawa alat komunikasi seperti Handphone hingga HT,” pintanya.
Karena tidak bisa dipungkiri dengan adanya fenomena angina kencang seperti yang saat ini terjadi, memang sangat beresiko untuk para nelayan saat melaut.
Sehingga, dirinya memberikan imbauan agar bisa dikurangi aktivitasnya, terlebih dahulu hingga angina kembali normal.
“Jika cuaca tidak mendukung, saya meminta agar tidak turun dulu karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tandasnya (*)
Editor: Dedy Warseto