TANJUNG REDEB, PORTALBERAU– Lagi dan lagi. Sejumlah warga kembali mengeluh sulitnya mendapat gas subsidi tiga kilogram alias gas melon. Hal itu dirasakan sejak sepekan terakhir khususnya di wilayah Kecamatan Tanjung Redeb.
Meski sebelumnya pemerintah mengeluarkan peraturan untuk meniadakan pengecer gas melon dengan maksud untuk memudahkan masyarakat mendapatkan gas bersubsidi langsung dari pangkalan, namun nyatanya aturan tersebut dinilai tidak berdampak apapun.
“Ke pangkalan kosong, ke pengecer sudah nggak ada lagi. Jujur saja, aturan dari pemerintah ini nggak merubah apa-apa. Tetap saja kekosongn gas melon masih sering terjadi,” ujar salah seorang warga Jalan Karang Mulyo, Fiqih Ardira, Kamis (20/6/2024).
Fiqih mengaku pernah mendapati gas melon dengan harga yang tak wajar. Ia terpaksa membelinya karena sangat membutuhkan.
Harga yang dipatok oknum pedagang di media sosial tersebut dikatakannya mencapai Rp 60 ribu.
“Menurut saya harganya sudah gila. Dua kali lipat dari harga kita ambil di eceran dan hampir tiga kali lipat dari harga di pangkalan. Tapi namanya butuh, berapa pun itu dibeli saja,” ucapnya.
Lelaki yang merupakan pedagang kuliner ini menyebut pemerintah belum bisa nengatasi persoalan gas melon, bahkan dengan aturan yang telah ditetapkan. Karena menurutnya pengawasan dari dinas terkait terhadap pengguna gas melon masih minim.
“Sebenarnya masalahnya itu apa? Kenapa gas melon ini kadang seperti ditelan bumi. Kami sebagai masyarakat juga bingung dengan pemerintah, punya aturan tapi sepertinya tidak tegas terhadap aturan yang diciptakan,” keluhnya.
Fiqih juga meminta agar pemerintah lebih banyak aksi untuk memantau penyaluran gas melon supaya tepat sasaran. Pasalnya, ia masih kerap kali menemukan pengguna gas bersubsidi yang tidak masuk dalam kategori ketetapan pemerintah.
“Coba pemerintah melalui dinas terkaitnya turun ke lapangan. Tegakkan itu aturan gang sudah dibuat. Kalau memang tidak boleh ta tidak boleh. Tapi kalau masih ragu, bolehkan saja semua. Cabut aturan-aturan pembelian yang mewajibkan ke pangkalan.
Sesekali coba sidak itu rumah-rumah makan yang besar atau tempat usaha yang omsetnya sudah besar, tapi masih menggunakan gas subsidi. Itu salah satu penyebab yang membuat gas melon seringkali di monopoli pihak tertentu,” pintanya. (mrt)
Editor: Dedy Warseto