TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Perilaku penyimpangan seksual yang dilakukan oleh terduga pelaku AR yang merupakan pemuda berprestasi terus berkembang beberapa waktu lalu.
Terlebih, perbuatan ini dilakukan oleh seorang pemuda yang baru saja mengharumkan nama Kabupaten Berau. Kasus ini pun ditanggapi oleh salah satu Psikolog Klinik Everwill dan Klinik Tirta Pemuda, Eka Misniar Dika.
Dirinya menyebut bahwa perilaku terduga pelaku ini, jika digambarkan secara umum tergolong sama dengan kasus-kasus yang pernah ia tangani.
“Kasus ini kurang lebih sama, berdasarkan pengalaman saya menangani kasus selama saya magang RSUD Magelang, Yogyakarta, hingga Balikpapan,” ujarnya Sabtu (23/11/25).
Ia menyebut, penyebabnya hanya terdapa 2 dugaan yang sering terjadi. Pertama dulunya dimasa anak-anak, remaja, atau dewasa dirinya pernah menjadi korban penyimpangan seksual baik dari keluarga, orang terdekat, ataupun orang yang tidak dikenal. Kemudian, dirinya menjadi pendiam dan takut sebagai aib atau malah menjadi kepuasan tersendiri.
“Takutnya jika tidak mendapatkan pemilihan dari ahli jiwa maka dia merasakan kepuasan yang terus menerus jadi di lampiaskan ke orang lain. Kemudian dia menjadi pribadi yang tertutup sekali,” bebernya.
Kemudian yang kedua kata dia ialah terduga pelaku merupakan orang yang memiliki kecanduan porno, yang dimana dirinya tidak pernah menjadi korban, akan tetapi dirinya sering menonton video porno. Sehingga mengakibatkan otak bagian depan (Lobus Frontal) menjadi rusak.
“Bagian otak ini menjadi penting untuk menentukan salah dan benar, ketika ini rusak maka akan terjadi tidak terkontrolnya syahwat akhirnya dilampiaskan lah ke kehidupan nyata,” terangnya.
Menurutnya,2 hal ini yang menjadi dugaan penyebab, akan tetapi ini berdasarkan pengalaman yang dimiliknya. Hal itu dikarenakan memang dirinya tidak menangani langsung kasus terduga pelaku AR ini.
“Bahkan kasus yang saya tangani sebelumnya malah lebih banyak anak-anak yang menjadi pelaku. Hingga menjadi ketakutan berlebih yang penyimpangan seksual baik ke anak laki-laki maupun perempuan sebagai korban,” jelasnya.
“Jangan sampai hal yang sama terjadi terhadap kasus ini,” sambungnya.
Ia menrangkan bahwa sebenarnya ini hanya salah satu kasus yang terungkap di Kabupaten Berau. Dikarenakan, kata di a kasus serupa telah sering ia tangani selama praktek di Kabupaten Berau.
“Di Kabupaten Berau kita pernah menangani beberapa kasus serupa, namun terdapat kepedulian dan pencegahan dengan mendatangi psikologi, jadi Berau pun darurat penyimpangan seksual dan seks bebas,” tuturnya.
Maka dari itu, pihaknya mengimbau kepada orang tua ke depan agar dapat memberikan informasi pendidikan seksual sejak dini, karena hal ini sangat penting. Seperti area sensitif yakni mulut, dada baik laki-laki maupu perempuan, kemaluan, hingga anus yang tidak bisa disentuh oleh orang lain.
“Selain pendidikan seksual, kepedulian orang tua terhadap anak, maka seharusnya orang tua harus memberikan waktu bagi anak. Ini pesan kepada orang tua agar anak tidak menjadi korban,” kuncinya.
Sementara itu, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Berau terus melakukan pendalaman terkait dugaan tindak pidana yang melibatkan seorang mantan anggota Pejuang Sigap sekaligus Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di salah satu kampung di Kecamatan Tabalar. Hingga kini, proses pengumpulan data dan keterangan para korban masih berlangsung.
Kasi Humas Polres Berau, AKP Ngatijan, menyampaikan bahwa penyidik dari Unit Opsnal Reskrim Polres Berau bersama aparat Polsek Tabalar sedang melakukan penelusuran terhadap para korban yang tersebar di wilayah tersebut. Upaya ini dilakukan untuk memetakan jumlah pasti serta kronologi kejadian yang menimpa sejumlah warga, khususnya kalangan pelajar.
Menurut Ngatijan, sejauh ini pihak kepolisian telah mengidentifikasi sedikitnya 17 korban dari kategori pelajar. Selain dari Kecamatan Tabalar, beberapa korban juga ditemukan berada di Tanjung Redeb serta beberapa kawasan lain yang sebelumnya pernah ditinggali para korban.
“Korban yang terdata seluruhnya laki-laki. Jumlah sementara ada 17 orang, dan angka itu berpotensi meningkat. Sebab sebagian korban kini sudah tidak tinggal di lokasi awal, ada yang sudah lulus sekolah, bahkan ada yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa angka tersebut masih bersifat sementara. Kepolisian masih menunggu hasil pendalaman lengkap dari tim penyidik untuk memastikan total keseluruhan korban.
“Pendataan terus dilakukan seiring dengan munculnya informasi baru yang mengarah pada indikasi korban tambahan,” terangnya.
Saat ini, tim opsnal Satreskrim Polres Berau bersama Polsek Tabalar masih aktif melakukan wawancara, pengumpulan bukti, serta pendataan mereka yang diduga menjadi korban. (*/)
Penulis : Muhamamd Izzatullah
Editor : Ikbal Nurkarim




