TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Dinas Perikanan Kabupaten Berau terus menggalakkan program diversifikasi ekonomi masyarakat pesisir melalui budidaya laut berbasis Keramba Jaring Apung (KJA).
Pelatihan terbaru dilaksanakan di Kampung Batu Putih dan Talisayan dengan fokus pada pengembangan budidaya ikan kerapu, komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan pangsa pasar luas.
Kabid Budidaya Dinas Perikanan Berau, Budiono mengungkapkan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai potensi dan prospek usaha budidaya kerapu di wilayah tersebut.
“Kami melihat potensi besar di Batu Putih dan Talisayan, terutama dengan total area sekitar 2.000 hektare yang cocok untuk budidaya kerapu, lobster, dan rumput laut,” ujarnya.
Menurutnya, dengan pembinaan dan pendampingan yang tepat, masyarakat bisa memiliki sumber penghasilan baru yang berkelanjutan.
Ia, kerapu dipilih bukan tanpa alasan. Selain masa pemeliharaannya yang relatif singkat, harga jual kerapu hidup di pasar ekspor cukup menjanjikan.
Selama ini, pemasaran kerapu dilakukan melalui kapal-kapal dari Hong Kong yang secara berkala datang langsung ke perairan Batu Putih dan Maratua.
“Pangsa pasar kerapu masih sangat besar, terutama untuk pasar luar negeri. Ini adalah peluang nyata bagi masyarakat,” tambah Budiono.
Dalam pelatihan tersebut, narasumber dari BBAP Situbondo, Fakultas Perikanan dan Kelautan UNMUK, serta DKP Kalimantan Timur turut memberikan materi teknis seperti pemilihan lokasi yang tepat, seleksi ukuran (grading), manajemen pakan, hingga monitoring kualitas air.
Kerja sama dengan BBAP Situbondo juga telah terjalin dalam penyediaan benih berkualitas, yang diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada hasil tangkapan alam dan menjaga kelestarian sumber daya ikan.
“Untuk dukungan teknis, pelatihan dan bimbingan dapat dilakukan oleh kami di dinas kabupaten, sementara sarana prasarana bisa didukung oleh DKP provinsi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga bisa membantu penyediaan unit KJA,” jelasnya.
Tingkat keberhasilan budidaya kerapu bisa mencapai 80 persen jika dikelola dengan baik, dengan potensi keuntungan sebesar Rp45 juta per siklus (6 bulan) untuk satu unit keramba yang terdiri dari empat lubang pemeliharaan.
Meski demikian, Budiono menekankan pentingnya sinergi dalam menjalankan program ini.
Kolaborasi adalah kunci, pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat harus bergerak bersama untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing usaha.
“Inilah bentuk transformasi ekonomi yang ingin kita dorong dalam sektor kelautan dan perikanan,” kuncinya. (*/)
Penulis : Muhammad Izzatullah
Editor : Ikbal Nurkarim




