BATU PUTIH, PORTALBERAU – Inovasi warga Kampung Kayu Indah, Kecamatan Batu Putih, menjadi bukti bahwa kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan dapat melahirkan peluang ekonomi baru.
Melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Utomo, masyarakat setempat berhasil mengolah urin kambing menjadi pupuk organik cair (POC) bernama Porinka, yang kini menjadi salah satu produk unggulan kampung.
Dalam kesempatannya, Koordinator Pendamping Sigap Batu Putih, Ricky Sandi Kurniawan, menjelaskan, pengembangan Porinka dimulai sejak 2019 dan terus menunjukkan kemajuan.
Lanjutnya, produk ini merupakan hasil kolaborasi antara Pendamping Kampung Sigap, Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), serta Gapoktan Margo Utomo.
“Kerja sama ini membuat produk makin dikenal, bahkan sudah ada pesanan dari berbagai daerah,” ungkapnya.
Ricky menuturkan, Porinka tidak hanya menjadi solusi pemanfaatan limbah peternakan, tetapi juga membantu petani mendapatkan alternatif pupuk ramah lingkungan di tengah mahalnya harga pupuk kimia.
“Dengan bahan baku yang melimpah, masyarakat bisa mandiri tanpa bergantung pada pupuk pabrikan,” ujarnya.
Meski demikian, pengelolaan Porinka masih menghadapi sejumlah kendala, mulai dari keterbatasan fasilitas produksi hingga proses pengolahan yang masih manual.
Gudang penyimpanan pun kata dia, belum memenuhi standar. Namun, upaya pendampingan terus dilakukan, mencakup pelatihan manajemen, pengembangan pemasaran digital, hingga penyusunan proposal peningkatan fasilitas.
“Izin edar juga sedang dalam proses, tapi produksi tetap berjalan untuk memenuhi permintaan,” jelasnya.
Senada dengan itu, Ketua Gapoktan Margo Utomo, Suparman, mengatakan bahwa Porinka sudah menarik perhatian berbagai pihak, termasuk Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Berau yang memesan 100 liter pupuk organik tersebut.
“Pesanan juga datang dari beberapa kampung sekitar seperti Pilanjau,” tuturnya.
Suparman berharap dukungan dari pemerintah daerah agar produk ini bisa dikembangkan lebih besar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Selama ini modal kami masih swadaya kampung. Kalau ada bantuan alat atau fasilitas, kapasitas produksi bisa meningkat,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim





