TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Pemerintah Kabupaten Berau membuka peluang kerja sama dengan Utusan Khusus Presiden Seychelles untuk ASEAN, Nico Barito, yang berencana mengembangkan tambak udang organik di wilayah pesisir Berau.
Rencana ini disambut positif oleh Pemkab Berau karena dinilai sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan, terutama dalam pengelolaan sektor perikanan yang ramah lingkungan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Berau, Maulidiyah, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya telah menjalankan berbagai inisiatif yang mendukung budidaya berkelanjutan, salah satunya melalui program Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE) yang menggandeng sejumlah organisasi lingkungan.
“Di Pegat Betumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, kami sudah menerapkan sistem SECURE untuk budidaya udang windu. Dalam sistem ini, sekitar 80 persen area tambak dialokasikan untuk restorasi ekosistem, sementara 20 persen sisanya digunakan untuk produksi,” ujarnya..
Konsep ini, lanjutnya, tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem mangrove, tetapi juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim. Area restorasi berfungsi sebagai penyerapan karbon alami sehingga kegiatan budidaya tetap berjalan tanpa merusak lingkungan.
“Petambak tetap bisa berproduksi, tapi dalam waktu yang sama mereka ikut menjaga alam. Ini win-win solution bagi semua pihak,” terangnya.
Penerapan sistem SECURE terbukti mampu meningkatkan produktivitas hingga 300 persen per siklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa praktik ramah lingkungan justru bisa memberikan keuntungan ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan.
Kabupaten Berau sendiri memiliki hutan mangrove terluas di Kalimantan Timur, mencapai sekitar 88 ribu hektare. Namun, sebagian kawasan tersebut sudah berubah fungsi menjadi tambak tradisional yang kurang memperhatikan aspek konservasi.
“Penurunan kualitas air dan hasil panen sering mendorong petambak memperluas lahan. Tapi langkah itu malah memperparah kerusakan mangrove,” katanya.
Ia menegaskan, Pemkab Berau akan terus mendukung upaya yang memadukan kesejahteraan masyarakat dengan pelestarian lingkungan.
“Kami ingin petambak tetap sejahtera tanpa harus mengorbankan alam. Program seperti tambak organik ini bisa menjadi solusi nyata,” tuturnya.
Sementara itu, Nico Barito menilai potensi “karbon biru” (blue carbon) di pesisir Berau sangat besar dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi baru.
“Laut mampu menyerap karbon lima kali lebih banyak dari daratan. Potensi ini bisa dioptimalkan untuk menghasilkan manfaat ekonomi seperti kredit karbon,” ungkapnya.
Menurut Nico, proyek tambak udang organik yang akan dikembangkan di Berau bukan hanya tentang produksi pangan, tetapi juga kontribusi terhadap pengurangan emisi global. Ia berharap kerja sama ini dapat menjadi model bagi daerah pesisir lain di Indonesia.
“Kami ingin menjadikan Berau sebagai contoh bagaimana ekonomi biru bisa berjalan seimbang antara keuntungan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian alam,” kuncinya. (*/)
Penulis : Muhammad Izzatullah
Editor : Ikbal Nurkarim




