TANJUNG REDEB, PORTALBERAU – Pemkab Berau menerima kunjungan Utusan Khusus Presiden Seychelles untuk ASEAN dalam agenda rapat kerja dan paparan kegiatan terkait pengembangan kerja sama di sektor pariwisata berkelanjutan dan ekonomi biru.
Pertemuan yang digelar pada Jumat (31/10/25) di Ruang Rapat Sangalaki, Kantor Bupati Berau, menjadi langkah strategis menuju kerja sama internasional, khususnya dalam pengembangan kawasan Kepulauan Maratua sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Dalam kesempatannya, Bupati Sri Juniarsih menyampaikan apresiasi atas kunjungan perwakilan Seychelles negara kepulauan yang dikenal sebagai salah satu model sukses pengelolaan pariwisata eksklusif dan berkelanjutan di dunia.
“Kehadiran ini merupakan wujud perhatian besar bagi Kabupaten Berau, khususnya dalam mengembangkan proyek ekonomi berkelanjutan,” ujarnya.
Sri memaparkan sejumlah potensi unggulan Berau, mulai dari wisata bahari di Pulau Derawan dan Maratua, hingga destinasi eksotis Danau Labuan Cermin. Ia juga menekankan bahwa saat ini akses menuju Berau semakin terbuka seiring beroperasinya sejumlah maskapai setelah pandemi.
Lebih jauh, ia menegaskan fokus kerja sama adalah pengembangan blue natural vertical economy, di mana investasi, pengelolaan perikanan berkelanjutan, hingga ekspor produk UMKM ke pasar Afrika dan Eropa akan dibangun melalui kolaborasi strategis.
“Berau memiliki potensi yang sangat besar. Kami ingin hutan tetap hijau, laut tetap biru, dan masyarakat hidup sejahtera,” tekannya.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa 77 desa di Berau telah menerima dana karbon dari Bank Dunia, sebagai bagian dari program pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2025, yang menetapkan Berau sebagai lokasi prioritas pengembangan pariwisata nasional.
Sri berharap, kunjungan ini menjadi pintu masuk bagi investasi hijau dan penguatan posisi Berau sebagai destinasi pariwisata kelas dunia berbasis keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat.
“Semoga kerja sama ini membawa manfaat tidak hanya bagi Kabupaten Berau, tetapi juga untuk bangsa dan dunia internasional,” tutupnya.
Utusan Seychelles, Nico Barito dalam paparannya menegaskan bahwa Seychelles berhasil mempertahankan kualitas pariwisata dengan konsep eksklusif dan berbasis kearifan lokal.
“Nilai tambah pariwisata bukan ditentukan oleh seberapa besar hotel yang dibangun, tetapi oleh pengalaman dan layanan yang diberikan,” jelasnya.
Nico mencontohkan bahwa di Seychelles, satu vila eksklusif bahkan dapat bernilai puluhan juta rupiah per malam, karena menawarkan privasi dan kenyamanan.
Ia mengingatkan pentingnya penataan ruang dan konsultasi dengan masyarakat dalam pembangunan pariwisata.
“Pembangunan tanpa sosialisasi membuat kawasan wisata cepat menjadi kumuh. Masyarakat harus menjadi bagian dari ekosistem wisata, bukan sekadar penonton.”
Selain itu, Seychelles mewajibkan setiap pembangunan hotel untuk menyertakan fasilitas sosial bagi masyarakat mulai dari pendidikan hingga kesehatan sebagai bentuk keadilan pembangunan.
Nico juga menekankan peluang besar Maratua untuk dikembangkan menjadi kampung nelayan modern yang mengintegrasikan pariwisata dengan sektor perikanan dan pertanian.
“Tambak udang, kepiting lumpur, hingga produk perikanan untuk pasar luar negeri bisa berjalan paralel dengan pariwisata,” kuncinya. (*/)
Penulis: Wahyudi
Editor: Ikbal Nurkarim





